Washington Post Kerahkan Jurnalisme Robot Liput Pilpres AS
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM- Surat kabar The Washington Post akan mengerahkan jurnalisme robot (robo-journalism) untuk membantu media itu melaporkan hasil pemilihan presiden Amerika Serikat pada November ini.
Keputusan ini merupakan lanjutan dari eksperimen mereka yang telah mengerahkan jurnalisme robot dalam melaporkan hasil Olimpiade Rio belum lama ini.
Yang dimaksud dengan jurnalisme robot adalah penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk membantu melaporkan peristiwa tertentu. Pada Olimpiade Rio, jurnalisme robot The Post (sebutan untuk The Washington Post) adalah berupa penutur cerita otomatis (automated storytelling) yang menghasilkan berita-berita pendek yang melaporkan hasil-hasil mutakhir pertandingan, termasuk negara mana yang meraih medali.
Sistem yang dirancang sendiri oleh The Post itu dinamai Heliograf. Selain melaporkan berita, Heliograf juga secara otomatis mentweet hasil pertandingan dan memasukkannya ke laman The Washington Post.
Eksperimen yang sudah dijalankan di Olimpiade Rio itu, menurut koran ini, sangat berguna untuk membantu melaporkan hasil Pilpres. Dalam rilisnya, The Post mengatakan bahwa Heliograf akan digunakan dalam meliput pemilihan anggota DPR, Senat dan gubernur di 50 negara bagian AS.
Heliograf sekarang ini, menurut The Post, lebih dari sekadar sistem komputerisasi yang hanya bisa menghasilkan berita-berita kering berupa angka-angka. Dikatakan, jurnalisme robot sudah dikembangkan sehingga ia lebih berperan membantu reporter manusia sungguhan.
"Kami telah mengubah Heliograf menjadi sistem manajemen konten hibrid yang mengandalkan mesin dan manusia, yang membedakannya dari teknologi lain yang saat ini banyak digunakan," kata Jeremy Gilbert, Direktur Inisiatif Strategi The Post, sebagaimana dilansir dari forbes.com. "Kemampuan dual-touch ini memungkinkan The Post membuat cerita yang lebih baik daripada sistem otomatis tetapi pembaruan beritanya lebih mutakhir daripada yang bisa dilakukan oleh reporter manusia sungguhan," kata dia.
Sudah lama organisasi berita mencari cara untuk meningkatkan kecerdasan buatan atau algoritma komputer untuk meliput berita.Penggunaan jurnalisme robot pada berita olah raga, yang sangat banyak berisi statistik hasil pertandingan dan pembaruan hasil secara berkala sepanjang pertandingan, semakin hari semakin dipandang sebagai kewajaran. The Associated Press mulai menggunakan robot untuk meliput pertandingan bisbol di liga-liga kecil sepanjang musim panas lalu. Berita-berita itu, yang ditulis oleh mesin secara otomatis, template-nya dibuat oleh wartawan manusia sungguhan. Liputan robot itu dimaksudkan untuk menyediakan rekap hasil pertandingan yang mungkin tidak diliput oleh reporter.
Peliputan hasil pilpres juga mirip dengan hal itu, yang sebagian besar berisi angka dan hasil.
Le Monde, surat kabar Prancis yang berbasis di Paris, juga sangat bergantung pada liputan jurnalisme robot dalam melaporkan Pilpres 2015 di negara itu.
Peliputan jurnalisme robot Le Monde pada pilpres tahun lalu, memproduksi 150.000 halaman web dalam empat jam. Dan robot dapat melaporkan hasilnya dari berbagai sudut pedesaan yang paling jauh, yang dari segi biaya tidak efisien untuk diliput langsung oleh reporter manusia sungguhan, baik dari segi waktu maupun biaya.
Dalam pilpres AS kali ini, berita-berita yang dihasilkan oleh robot itu dimungkinkan ditulis ulang oleh reporter manusia sungguhan untuk memberikan warna pada cerita.
The Post berjanji, liputan Pilpres kali ini akan menjadi tandem antara wartawan robot dan wartawan manusia. Kecerdasan buatan yang menjadi kekuatan Heliograf akan menjadi "jaringan pengikat" yang memungkinkan sistem "menulis cerita yang sangat personal untuk kepentingan wartawan dan pembaca," kata Sam Han, Direktur Data Sains pada The Post.
"Masa depan penutur cerita otomatis adalah kombinasi erat antara manusia dan mesin penghasil konten," kata Han.
Salah satu kritik terhadap pelaporan yang ditulis oleh jurnalisme robot adalah beritanya menjadi terlalu lugas, sarat fakta dan ceritanya kering dan penuh angka. Oleh karena itu tetap dibutuhkan sentuhan wartawan manusia sungguhan yang tidak bisa dilakukan robot. Termasuk menangkap emosi kandidat yang kalah atau sukacita mereka yang menang, yang tak mungkin bisa digambarkan oleh robot. Robot juga tentu tidak bisa mengangkat mikrofon dan melalukan wawancara.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...