Waspada Mutasi Virus Flu Bisa Bunuh Jutaan Orang
SATUHARAPAN.COM – Penyakit influenza sering dipandang remeh. Tetapi, nyatanya virus flu telah membunuh ratusan juta orang. Sejak pandemi flu Spanyol 100 tahun silam, tercatat beberapa serangan pandemi maut virus flu.
Virus influenza melakukan mutasi dengan cepat dan terus-menerus. Dampaknya, tubuh manusia sulit mengenali dan melawan virusnya. Persilangan virus manusia, burung, dan babi, menciptakan strain pembunuh baru.
Para pakar kedokteran melacak dua protein utama yang ada pada selubung luar virus, yakni hemagglutinin ditandai dengan huruf H, dan neuramidase ditandai dengan huruf N.
Kombinasi dari H dan N memberikan nama khas bagi wabah influenza yang muncul. Pandemi flu yang paling mematikan dan dikenal luas adalah flu Spanyol H1Ni dan flu Hongkong H3N2. Sementara wabah flu maut yang melanda dunia alias pandemi mematikan bagi burung adalah H5N1. Virus ini diketahui juga bisa menular kepada manusia.
Para peneliti kedokteran juga sudah mengetahui mekanisme kedua protein ini dalam menyerang sel tubuh organisme. Hemagglutinin membantu virus untuk menempel pada sel di hidung, tenggorokan, atau paru-paru. Inilah organ kunci yang memungkinkan virus menginfeksi tubuh.
Sementara protein neuramidase bertugas menyingkirkan asam sialic dari glycoprotein. Asam sialic ada pada permukaan sel protein inang maupun pada glycoprotein virusnya. N protein berfungsi membantu H protein menempel pada sel tubuh saat virus memasuki saluran pernapasan.
Jika sistem kekebalan tubuh mengenali partikel hemagglutinin dari virus flu yang menginfeksi sebelumnya atau dari imunisasi, tubuh akan memroduksi antibodi yang memblok virus untuk berkembang biak. Juga lendir dalam saluran pernapasan, berfungsi memblokir neuramidase yang masuk ke dalam tubuh.
Mutasi Terus-menerus
Saat menyebar virus flu terus melakukan mutasi genetika secara gradual atau bertahap. Jika mutasinya sudah berubah total, sistem kekebalan tubuh yang terbentuk sebelumnya, tidak mampu lagi mengenali strain baru tersebut. Inilah yang disebut antigenic drift.
Karena itulah, vaksin anti influenza juga terus-menerus diperbarui tiap tahun. Walau begitu, bisa terjadi virus flu mengalami mutasi menyeluruh, hingga menciptakan strain baru yang amat berbeda. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh manusia yang terinfeksi tidak lagi mengenali virusnya. Akibatnya bisa fatal.
Contohnya adalah strain virus H1N1 yang melanda Spanyol pada tahun 1918 dan memicu pandemi yang menewaskan hingga 100 juta orang di seluruh dunia. Atau virus flu Hongkong H3N2 yang menyerang tahun 1968 hingga 1969 yang menewaskan satu juta orang di seluruh dunia.
Virus flu Hongkong merupakan varian baru, hasil persilangan campur dari flu burung, flu babi, dan flu manusia. Penyebabnya, tiga inang influenza itu hidup dalam habitat yang sempit di lokasi sama, sehingga virus saling bercampur dan menciptakan strain baru. Terkadang juga ada kasus virus flu binatang langsung melompat menginfeksi manusia.
Para pengembang vaksin flu kini hanya bisa menebak, strain virus apa yang akan muncul di tahun berikutnya, dari strain yang berkembang tahun berjalan. Target para ilmuwan adalah menciptakan vaksin universal, yang mampu memproteksi manusia terhadap semua evolusi varian flu. (AP/as/vlz/dw.de)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...