Waspadai Peningkatan Titik Panas Mulai Juni 2018
BUKITTINGGI, SATUHARAPAN.COM – Deputi Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Herizal, mengatakan perlu kewaspadaan potensi peningkatan titik panas (hotspot) mulai Juni 2018.
"Sekarang masih masa transisi. Memang sudah terpantau beberapa titik panas di Riau. Tidak banyak. Kita perlu waspada pada Juni 2018," katanya, seusai peluncuran aplikasi Global Atmosphere Watch (GAW)ku di BMKG Stasiun Bukit Kototabang, Palupuh, Agam, Selasa (1/5).
Potensi peningkatan suhu yang memicu timbulnya titik panas, terutama perlu diperhatikan di wilayah Riau dan Sumatera Utara.
Ia memperkirakan kondisi musim kemarau di 2018 tidak akan seekstrem pada tahun 2015.
Di 2015, ada fenomena El Nino yang menyebabkan suhu panas dan memicu munculnya titik panas.
Sementara di 2018, tidak ada fenomena tersebut sehingga diperkirakan kondisi tahun ini tidak akan separah 2015, namun 2018 kondisinya lebih kering dari 2017.
"Kewaspadaan tidak justru ditingkatkan saat kondisi kering saja, tapi dari sekarang sudah harus dicegah dan menjauhi tindakan yang dapat memicu kebakaran lahan seperti yang terjadi di 2015 lalu," katanya.
Aplikasi GAWku
Aplikasi GAWku, produk dari BMKG Stasiun GAW Bukit Kototabang bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), tersebut digunakan untuk pemantauan atmosfer, peringatan dini cuaca, prakiraan cuaca harian, hari tanpa hujan, pantauan titik panas (hot spot) melalui telepon genggam pintar berbasis Android.
Aplikasi ini dapat memantau parameter kualitas udara, seperti konsentrasi Ozon (O3), Carbon Monokasida (CO), Particulate Matter 10 (PM10), Sulfur Dioksida (SO2), Natrium Monoksida (NO), Nitrogen Dioksida (NO2), yang dapat diakses setiap saat melalui aplikasi ini secara real time.
Stasiun Pemantau Atmosfer Global Kototabang di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, telah memantau iklim global. Stasiun yang telah dibangun sejak tahun 1994 ini merupakan salah satu bentuk kontribusi Indonesia dalam pemantauan iklim global, melengkapi 16 GAW yang telah tersebar di berbagai negara di dunia. Stasiun ini, merupakan bagian dari sistem monitoring dan riset yang dikoordinasi oleh World Meteorological Organization (WMO) atau Organisasi Meteorologi Dunia. WMO memilih Indonesia sebagai salah satu pusat pemantauan atmosfer global dikarenakan Indonesia adalah salah satu paru-paru dunia yang penting.
Selain itu, BMKG juga telah mengembangkan Pusat Perubahan Iklim BMKG sejak tahun 2010, serta mengoperasikan 2 Stasiun GAW baru di Palu dan Sorong pada tahun 2016, untuk menguatkan data dan informasi udara baseline (standar udara bersih) Indonesia. (Antaranews.com/bmkg.go.id)
Editor : Sotyati
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...