Wayang Urban: Inovasi Pertunjukan Wayang Modern
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM Wayang Urban adalah inovasi format pertunjukan wayang modern.Wayang Urban lahir sebagai upaya menjawab kebutuhan masyarakat dan atau kelompok-kelompok tertentu yang tertarik dengan wayang tetapi terkendala beberapa hal, seperti tidak mampu begadang semalam suntuk, tidak mampu mengapresiasi bahasa Jawa pedalangan, terbiasa dengan pertunjukan yang sudah dikemas secara padat, dan lain-lain.
Wayang Urban dipentaskan pertama kali di Solo pada 2006 oleh Nanang Hape dan kawan-kawannya. Wayang Urban memadukan disiplin pertunjukan wayang kulit, musik, dan teater dalam durasi yang lentur. Cerita yang ditampilan merujuk pada epos Mahabarata dan Ramayana yang diinterprestasi ulang. Wayang Urban dibawakan dalam bahasa Indonesia dan musik menjadi unsur media yang mengkomunikasikan cerita. Suatu pertunjukan yang memikat dan impresif.
Dalam pertunjukan di pergelaran Cipta Budaya di Plaza Planetarium Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Selasa (26/11), Wayang Urban membawakan lakon berjudul Gatotkaca-Karna.
Gatotkaca dan Karna adalah dua ksatria tangguh yang sama-sama istimewa. Sama-sama sakti dan memiliki pendukung sendiri. Gatotkaca menjadi andalan Pandawa dan Karna menjadi andalan Kurawa.
Keduanya mirip. Karna dihanyutkan ibunya sewaktu bayi dan tumbuh sendiri. Sementara Gatotkaca direnggut dewa-dewa dari susuan ibunya dan dipaksa dewasa sebelum waktunya.
Bagi Gatotkaca, kesetiaan terhadap negara adalah segalanya. Sementara bagi Karna, harga diri tidak untuk dijual. Audiens dibawa untuk memilih salah satu dari dua tokoh itu, yang dicetak sekejap jadi atau yang dibiarkan tumbuh liar di jalan.
Beberapa judul yang pernah dibawakan, Karna Lola Luru Kangen pada 2010, Sendon Abimanyu pada 2011, Sanditama Lagu Laga pada 2012, dan Sintamu Sintaku pada 2013.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...