WCC Tekankan Pentingnya Komitmen Spiritual Perjuangkan Keadilan Iklim
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal World Council of Churches (WCC) atau Dewan Gereja Dunia, Olav Fkyse Tveit menekankan pentingnya komitmen spiritual dan kesiapan bersama dalam menghadapi keadilan iklim.
“Umat Kristen harus melihat tantangan perubahan iklim melalui lensa iman dan harapan dalam kasih Tuhan,” kata Tveit saat berbicara pada pembukaan pertemuan unit Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Working Group on Climate Change/WGCC) Dewan Gereja Dunia (WCC), seperti diberitakan oikoumene.org, hari Senin (10/10).
Pertemuan WGCC merupakan pertemuan yang terdiri dari teolog dan aktivis yang bekerja untuk keadilan iklim dari seluruh dunia. Pertemuan tersebut berlangsung di Jenewa dari 28-29 September 2016 dan merupakan salah satu acara persiapan untuk menunjang pertemuan “United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)” atau Pertemuan Tim Kerja PBB tentang Perubahan Iklim yang akan berlangsung di Marrakesh, Maroko, November 2015 serta untuk membahas strategi kunci untuk dua tahun ke depan.
Wakil dari WGCC, Henrik Grape mengatakan Parlemen Eropa baru saja memutuskan untuk meratifikasi perjanjian Paris (COP 21). Hasil perjanjian tersebut diadopsi oleh negara-negara anggota PBB pada Desember 2015, kesepakatan tersebut bertujuan membatasi pemanasan global hingga di bawah dua derajat celsius guna mencegah bencana perubahan iklim.
Protokol COP 21 disepakati sedikitnya 55 negara, yang mewakili 55 persen dari emisi gas rumah kaca global, telah meratifikasinya.
Saat ini, menurut situs UNFCCC, peserta kesepakatan tersebut bertambah menjadi 72 negara yang mewakili 56 persen dari emisi global.
"Mulai sekarang, tugas kami yang penting saat ini adalah menindaklanjuti pelaksanaan perjanjian Paris, karena tidak sedikit di tingkat nasional dan memberikan bantuan advokasi kepada anggota gereja kami yang berada di tanah," kata Grape.
“Sebagai gereja kita harus memastikan kesepakatan Paris memberikan dukungan konkret dan perlindungan kepada kelompok yang rentan secara sosio-ekonomi dan terdampak emisi global, dan belum dirugikan oleh perubahan iklim," kata kepala Eksekutif Program WCC untuk ekonomi dan keadilan ekologis, Athena Peralta.
WGCC memprioritaskan banyak kegiatan yang dikaitkan dengan refleksi teologis, penelitian dan tindakan yang mendukung keadilan iklim terwujud berdasar kepada konteksnya, selain itu WGCC mencoba memperdalam dan menghubungkan antara keadilan iklim dan keadilan ekonomi secara konkret, selain itu juga WGCC mengimbau agar menghormati kepercayaan lokal, mempelajari spiritualitas tentang penciptaan, menekankan praktek adat dalam merawat penciptaan, dan mengintensifkan dialog antaragama agar dapat bersama-sama merespons tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.
Selanjutnya, WGCC meluncurkan buku baru yang diterbitkan oleh WCC berjudul “Making Peace with the Earth: Action and Advocacy for Climate Justice” atau "Membuat Perdamaian dengan Bumi: Aksi dan Advokasi untuk Keadilan Iklim.”
Dalam buku tersebut berisi 22 artikel yang ditulis berbagai teolog dan aktivis yang menambah wawasan tentang bagaimana gereja dan mitra lintas agama Kristen mengatasi perubahan iklim.
Sekretaris Jenderal Asosiasi WCC untuk Saksi Umum dan Diakonia Isabel Apawo Phiri, mengingatkan WGCC bahwa isu-isu keadilan iklim terkait dengan air, makanan, hak asasi manusia dan keadilan gender. (oikoumene.org)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...