WEFEA 2015: Bahaya Bila Infrastruktur Dibangun Tidak Terintegrasi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pembangunan infrastruktur harus dilakukan secara menyeluruh tidak hanya mengejar target jumlah proyek.
“Dalam infrastruktur di benak kita sebenarnya tidak hanya berbicara dan berkisar tentang jalan raya tetapi juga tentang masalah transportasi, dan telekomunikasi, oleh karena itu tidak bisa infrastruktur dijalankan hanya satu persatu, harus semua dipikirkan bersama-sama dengan perencanaan yang baik,” kata Samir Brikho, Chief Executive Officer, Amec Foster Wheeler korporasi berbasis di Inggris Raya dalam salah satu sesi World Economic Forum berjudul Pumping Asia's Infrastructure Pipeline, yang berlangsung di Hotel Shangri La, Jakarta, Selasa (21/4).
“Sekarang Anda berbicara membuka sebuah bandara atau landasan udara di tengah-tengah hutan atau di daerah terpencil, tetapi Anda tidak membuka terlebih dahulu jalan raya yang ada di situ,” Samir menambahkan.
Bertindak selaku moderator adalah jurnalis senior, Desi Anwar. Dia mengawali sesi diskusi tentang infrastruktur tersebut dengan mengemukakan beberapa negara Asia saat ini bersiap menjadi new emerging forces (negara dengan kekuatan baru) dan membutuhkan lebih dari 50 miliar rupiah untuk membangun infrastruktur.
“Saat ini tidak hanya Indonesia, dan Indonesia harus benar-benar mengurus infrastruktur tidak hanya dengan besarnya angka atau nominal tetapi juga dengan pendekatan sosial dan ekonomi yang tepat,” kata Desi.
Dalam pengamatan Samir, Tiongkok adalah salah satu contoh negara terdepan yang dapat dijadikan contoh sukses infrastruktur. “Pada kurun waktu 2011 hingga 2012 mereka, dalam perbandingan, menggunakan semen dua kali lebih banyak dari pada Amerika Serikat karena mereka membangun lebih banyak infrastuktur dari Amerika Serikat,” Samir menjelaskan.
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...