WFP Naikan Jatah Makan bagi Pengungsi Rohingya di Bangladesh
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Program Pangan Dunia (WFP) PBB akan meningkatkan jatah makanan untuk seluruh warga Rohingya di Cox’s Bazar pada hari Senin (1/1), beberapa bulan setelah pemotongan besar-besaran bantuan menyebabkan peningkatan kekurangan gizi di kamp-kamp pengungsi.
WFP mengurangi bantuan makanan untuk Rohingya sebesar 33 persen pada awal tahun ini menjadi US$8 (setara Rp 124.000) per bulan per orang, dengan alasan kurangnya dana, meskipun malnutrisi sudah tersebar luas di kamp-kamp Cox’s Bazar.
“Tahun 2023 adalah tahun yang penuh gejolak bagi masyarakat Rohingya di Bangladesh, yang mengalami berbagai bencana kebakaran, angin topan, dan, untuk pertama kalinya, pemotongan jatah makanan. Memburuknya situasi pangan dan gizi di kamp-kamp pengungsian sangat mengkhawatirkan,” kata Dom Scalpelli, direktur WFP di Bangladesh.
Bantuan pangan WFP dipotong dua kali pada tahun 2023, pertama pada bulan Maret ketika nilainya dikurangi dari US$12 menjadi US$10, dan sekali lagi pada bulan Juni, ketika jumlahnya dipangkas menjadi $8.
Badan PBB tersebut mengumumkan pada hari Minggu (31/12) bahwa mereka akan mengembalikan bantuan pangan penting menjadi US$10 (setara Rp 155.000) per orang per bulan mulai 1 Januari 2024. Untuk mengembalikan bantuan ke jumlah penuh, WFP mengatakan dibutuhkan US$61 juta untuk mengisi kesenjangan pendanaan saat ini.
Malnutrisi merupakan masalah utama di Cox’s Bazar bahkan sebelum jatah dikurangi, dengan sekitar 40 persen anak-anak di bawah usia lima tahun (Balita) mengalami malnutrisi kronis, dan 12 persen mengalami malnutrisi akut.
“Kami telah melihat peningkatan tajam dalam kasus malnutrisi akut parah dan malnutrisi akut sedang di kalangan Rohingya,” Dr. Abu Toha Bhuyan, koordinator kesehatan Komisi Bantuan dan Repatriasi Pengungsi Bangladesh, mengatakan kepada Arab News.
“Jumlah US$8 per bulan sangat rendah untuk kebutuhan pangan satu orang. Akibatnya, keadaan gizi menjadi sangat tidak seimbang. Anak-anak dan orang tua adalah kelompok yang paling terkena dampak malnutrisi.”
Penurunan bantuan pangan juga mempengaruhi tingkat kekebalan penduduk Rohingya, kata Bhuyan.
“Jika masyarakat memiliki kekebalan yang baik, maka mereka akan lebih sedikit tertular berbagai penyakit menular. Di sini, kami mengalami peningkatan penyakit menular di kalangan masyarakat Rohingya karena kekebalan mereka terganggu akibat berkurangnya jumlah asupan makanan… Malnutrisi juga sangat berdampak pada pertumbuhan anak-anak.”
Situasi sulit ini menjadi kenyataan sehari-hari bagi Monowara Begum, yang memiliki tiga orang anak. “Sangat sulit mengatur makanan untuk… keluarga saya dengan jumlah makanan yang sedikit… Dengan jumlah makanan yang sedikit, anak-anak saya menjadi sangat kurus dan menderita berbagai penyakit, seperti flu, batuk, diare, sepanjang tahun,” kata perembuan 41 tahun.
“Semua terjadi karena gizi buruk dan imunitas yang kurang. Pertumbuhannya juga terpengaruh, meski usianya semakin bertambah,” katanya. “Sebagai seorang ibu, saya tidak tertahankan melihat anak-anak saya kelaparan hampir setiap hari. Saya merasa sangat kesal dengan situasi ini.” (dengan Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...