WHO Kumpulkan Bukti Serangan pada Fasilitas Kesehatan di Ukraina
Setidaknya ada 400 serangan pada fasilitas kesehatan, dan 200 serangan telah didokumentasikan.
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mengumpulkan bukti untuk kemungkinan penyelidikan kejahatan perang atas serangan yang dikatakan telah didokumentasikan yang dilakukan oleh Rusia pada fasilitas kesehatan di Ukraina, katanya di Kiev, hari Sabtu (7/5).
Direktur Darurat WHO, Mike Ryan, dalam kunjungan mendadak bersama dengan kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pada konferensi pers bahwa adalah tanggung jawab eksplisit dari pihak yang bertikai untuk menghindari menyerang fasilitas kesehatan, namun WHO telah mendokumentasikan 200 serangan terhadap rumah sakit dan klinik di negara.
“Serangan yang disengaja terhadap fasilitas kesehatan adalah pelanggaran hukum humaniter internasional dan dengan demikian – berdasarkan penyelidikan dan atribusi serangan tersebut – merupakan kejahatan perang dalam situasi apa pun,” kata Ryan.
“Kami terus mendokumentasikan dan menjadi saksi atas serangan-serangan ini… dan kami percaya bahwa sistem PBB dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dan lainnya akan melakukan investigasi yang diperlukan untuk menilai maksud kriminal di balik serangan-serangan ini.”
Rusia telah membantah tuduhan sebelumnya oleh Ukraina dan negara-negara Barat tentang kemungkinan kejahatan perang dan juga membantah menargetkan warga sipil dalam perang.
Ryan mengatakan 200 kasus tidak mewakili totalitas serangan terhadap fasilitas medis Ukraina, hanya yang telah diverifikasi oleh WHO. Kiev mengatakan ada sekitar 400 serangan seperti itu sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan pada hari Kamis (5/5) bahwa pasukan Rusia telah menghancurkan atau merusak hampir 400 institusi kesehatan di Ukraina.
Tedros mengatakan pada konferensi pers yang sama: "Pesan saya kepada semua orang Ukraina adalah ini: 'WHO mendukung Anda'... Kami terus menyerukan kepada Federasi Rusia untuk menghentikan perang ini."
Negara-negara anggota WHO pada hari Selasa (10/5) akan mempertimbangkan resolusi terhadap Rusia yang mencakup kemungkinan penutupan kantor regional utama di Moskow, sebuah dokumen yang diperoleh Reuters menunjukkan itu, hari Kamis lalu.
Rancangan resolusi tersebut tidak memberikan sanksi yang lebih keras seperti pencopotan Rusia dari keanggotaan di dewan badan kesehatan global PBB, serta pembekuan sementara hak suaranya, kata tiga sumber diplomatik dan politik.
Rancangan tersebut, sebagian besar disiapkan oleh diplomat Uni Eropa dan diserahkan ke kantor regional WHO untuk Eropa pekan ini, mengikuti permintaan Ukraina yang ditandatangani oleh setidaknya 38 anggota lainnya termasuk Turki, Prancis, dan Jerman.
Moskow menyebut tindakannya sejak 24 Februari sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan menyingkirkan apa yang disebutnya nasionalisme anti Rusia yang dikobarkan oleh Barat. Ukraina dan Barat mengatakan Rusia melancarkan perang agresi yang tidak beralasan. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...