WHO: Penderita TBC di Indonesia Masih Tinggi
SATUHARAPAN.COM – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara dengan penderita TBC paling banyak, selain China, India, Nigeria, Pakistan, Filipina dan Afrika Selatan.
Dalam pernyataannya, WHO mengatakan hari Kamis (17/10) bahwa sekitar 1,5 juta orang meninggal tahun lalu, karena TBC, dan menambahkan perlunya dukungan politik untuk memberantas penyakit yang sebenarnya bisa dicegah ini.
TBC atau TB paru disebabkan oleh bakteri yang disebut Mycobacterium tuberculosis. Gejalanya berupa batuk terus-menerus, kelelahan dan penurunan berat badan. Menurut WHO, sekitar 10 juta orang menderita TBC pada tahun 2018, namun tiga juta penderita “tidak mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan”.
Disebutkan bahwa negara yang mencapai cakupan pengobatan lebih dari 80 persen adalah Brasil, China, Federasi Rusia dan Zimbabwe.
Masalah yang paling berat tetap pada penduduk miskin, dan terutama yang menderita HIV-Aids. Biaya tinggi untuk pengobatan menyebabkan banyak yang tidak mendapat perawatan. Perkiraan WHO, sekitar 20 persen pendapatan rumah tangga dibelanjakan untuk pengobatan TBC anggotanya yang menderita.
Kendala lain adalah resistansi bakteri terhadap obat. Menurut lembaga ini sekitar 500.000 kasus baru menunjukkan resistan terhadap obat.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa dalam praktiknya mengatasi TBC membutuhkan “sistem kesehatan yang kuat dan akses yang lebih baik ke layanan.
WHO juga merekomendasikan pelayanan yang terintegrasi pada penyakit menular, terutama TBC dan HIV. Ada data yang menunjukkan bahwa dua pertiga orang yang didiagnosis menderita TBC kemudian mengetahui juga mengidap HIV. Mereka sekarang menjalani pengobatan.
WHO juga menyebut fakta bahwa tujuh juta orang didiagnosis dan dirawat karena TBC tahun lalu, angka ini lebih tinggi dari tahun 2017, ya1tu 6,4 juta.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...