Wijayakusuma, The Queen of Night yang Kaya Antioksidan
SATUHARAPAN.COM – Bunga wijayakusuma, yang disebut juga bunga wikus, dikutip dari Wikipedia, termasuk jenis tanaman kaktus. Bunga ini sering disebut juga The Queen of Night, sang bunga ratu malam, atau Night Blooming Cereus, Princess of The Night, hingga Christ in The Manger, dan lain-lain.
Tanaman ini bentuk dari daun dan batangnya sangat telihat jelas ketika masa umurnya sudah lama. Daunnya merupakan bentuk helaian yang keras dan pipih dengan permukaan berwarna hijau. Terdapat lekukan dalam setiap daunnya. Sangat mirip dengan tanaman kaktus lain. Bunganya berwarna putih dan juga merah.
Tidak semua jenis tanaman ini bisa berbunga, karena proses berbunga dipengaruhi oleh keadaan iklim, kesuburan tanah, juga cara pemeliharaan. Bunga ini biasanya mekar total saat tengah malam atau sekitar pukul 00.00 waktu setempat. Sementara, mahkota bunga wijaya kusuma berwarna putih dan benang sarinya berwarna putih kekuningan.
Tanaman wijayakusuma ini bunganya berasa manis, sifatnya netral, berkhasiat sebagai antiradang, penghenti perdarahan (hemostatis), obat batuk dan peluruh dahak (mukolitik).
Tim peneliti dari Departemen Ilmu Dasar dan Terapan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universiti Teknologi Petronas, Malaysia, dan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan, Universiti Kuala Lumpur, Sekolah Tinggi Kedokteran Royal Perak, Ipoh, Perak, Malaysia, menyebutkan tanaman ini secara tradisional telah digunakan untuk mengobati dahak dan batuk berdarah, pendarahan rahim dan sesak napas.
Tanaman wijayakusuma berdasarkan penelitian telah menunjukkan efek farmakologis dan biologis yang signifikan seperti aktivitas antiinflamasi, antioksidan, dan antimikroba. Berdasarkan uji skrining fitokimia yang telah dilakukan, bunga wijayakusuma mengandung beberapa metabolit sekunder seperti saponin, flavonoid, dan steroid.
Tim peneliti dari Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, meneliti pemberian ekstrak bunga wijayakusuma dapat meningkatkan superoxide dismutase kolesterol total dan menurunkan malondialdehid tikus wistar hiperkolesterolemia. Hasil penelitian mereka menunjukkan bunga wijayakusuma memiliki flavonoid yang mengandung antioksidan alami, sehingga ekstrak air bunga wijayakusuma dapat mencegah stress oksidatif.
Pemerian Botani Wijayakusuma
Tanaman wijayakusuma, dikutip dari Wikipedia, memiliki batang yang terbentuk dari helaian daun yang mengeras dan mengecil, dengan batang induk berbentuk silinder. Tinggi batang dapat mencapai 2-3 meter, sedang daunnya berkisar 13–15 cm. Helaian daunnya sendiri berbentuk pipih serta berwarna hijau dengan permukaan daun halus tanpa duri, tidak seperti kaktus-kaktus yang lain.
Setiap tepian daunnya terdapat lekukan-lekukan yang biasanya ditumbuhi tunas daun maupun bunga. Diameter bunganya 10 cm, umumnya berwarna putih dan hanya mekar di malam hari.
Bentuk buahnya bulat, berwarna merah dan mempunyai biji yang berwarna hitam. Pembiakan dilakukan dengan penyetekan ataupun biji.
Wijayakusuma yang memiliki nama ilmiah Epiphyllum anguliger, dan umumnya dikenal sebagai kaktus fishbone, dikutip dari forum.idws.id adalah spesies kaktus asli India, Meksiko. Tanaman ini banyak ditemukan di Amerika tropika (Venezuela dan Karibia) dan dapat hidup di daerah dengan iklim sedang sampai beriklim tropis.
Spesies ini umumnya ditanam sebagai tanaman hias karena keindahannya dan aroma wangi bunganya di musim gugur. Sebagian menyebut wijayakusuma sebagai bunga Dewa Wisnu. Mengutip dari worldofsucculents.com, selain dikenal dengan nama-nama yang disebutkan di awal tulisan, wijayakusuma juga dikenal dengan nama moon cactus, zig zag cactus, ric rac orchid cactus.
Spesies ini dinamai “anguliger” karena batangnya yang sangat bergerigi (anguliger: bantalan sudut), yang terkadang membentuk persegi panjang yang sempurna.
Tanaman ini pertama kali didistribusikan oleh Horticultural Society of London yang memperolehnya dari seorang kolektor, T Hartweg, pada tahun 1846.
Tanaman wijayakusuma, dikutip dari Wikipedia, merupakan salah satu bunga langka yang saat ini sulit ditemukan. Karena itu, bunga ini termasuk bunga yang dilindungi di suaka alam milik negara.
Meskipun banyak yang menyebutkan bunga wijayakusuma memang mekar di malam hari, faktanya bunga ini justru sulit diprediksi secara pasti kapan waktu pemekarannya. Memang banyak yang berpendapat bunga ini mekar di malam hari karena masih tergolong jenis tanaman kaktus. Bahkan di saat mekar, bunga ini akan mengeluarkan aroma yang lebih harum daripada bunga sedap malam.
Manfaat Herbal Wijayakusuma
Bunga wijayakusuma, menurut Wikipedia, mempunyai khasiat untuk meredam rasa sakit serta menetralisir pembekuan darah. Bunga ini juga mempunyai daya mempercepat penyembuhan luka abses. Selain itu, bunga ini juga dapat mengobati bisul, dengan cukup menempelkan bunganya pada bisul tersebut sebelum tidur dan melakukannya secara teratur.
Selain itu, wijayakusuma bisa digunakan sebagai obat antiradang, obat batuk, juga pendarahan (hemostatis). Khasiat lain adalah mengatasi tuberkulosis paru dengan batuk asma, batuk darah, dan muntah darah.
Dalam mitologi Jawa, tumbuhan ini dianggap pohon sakti dan dapat menghidupkan orang mati. Kalangan masyarakat Yogyakarta dan Surakarta, khususnya keraton, percaya seorang raja yang akan naik takhta haruslah memiliki bunga wijayakusuma sebagai syarat. Bunga ini juga dipercaya sebagai pusaka keraton Dwarawati titisan Wisnu, sang pelestari Alam, Batara Kresna.
Karena peranannya yang cukup signifikan dalam kebudayaan Jawa, bunga wijayakusuma menginspirasi banyak kesenian rupa, khususnya berkaitan dengan ornamen atau ragam hias. Ragam hias berbentuk kuncup bunga wijayakusuma sering kali dipakai untuk menghiasi pagar-pagar di Jawa, seperti kantor pemerintahan, keraton, sekolah, dan lain-lain. Selain itu, terdapat batik bermotif bunga wijayakusuma, yang diangkat sebagai batik khas dari Cilacap.
Tim peneliti dari Program Studi Teknologi Laboratorium Medik, Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali, meneliti aktivitas antioksidan ekstrak bunga wijayakusuma. Senyawa yang terkandung dalam ekstrak petroleum eter bunga wijayakusuma adalah alkaloid, triterpenoid, dan saponin. Senyawa metabolit tersebut dapat menghemolisis darah, sehingga bersifat toksik dan memiliki bioaktivitas sebagai antifeedant (penghambatan makan).
Tim peneliti dari Department of Biotechnology New Horizon College of Engineering Bengaluru, Karnataka, India, meneliti nilai nutrisi, konstituen fitokimia, dan potensi bioterapi dari Epiphyllum species oxypetalum. Penelitian itu dilakukan untuk mengakses nilai nutrisi, konstituen fitokimia, dan potensi antimikroba dari ekstrak daun.
Nilai-nilai nutrisi tanaman menunjukkan adanya protein yang signifikan (14 mg/g), asam lemak (4,6 mg/g), dan vitamin (0,18 mg/g). Tidak diketemukan karbohidrat. Analisis fitokimia dari Epiphyllum oxypetalum menunjukkan adanya saponin, senyawa fenolik, steroid, glikosida, tanin, terpenoid, dan resin sedikit gula, alkaloid, flavanoid, sterol, fenol, dan senyawa asam tidak ada.
Karena tidak ada gula reduksi, daun tanaman dapat digunakan sebagai suplemen diet untuk pasien diabetes.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...