Wilayah Tenggara Australia Dilanda Gelombang Panas, Risiko Kebakaran Hutan
Brasil catat 2024 sebagai tahun terpanas.
SYDNEY, SATUHARAPAN.COM-Australia tenggara pada hari Sabtu (4/1) dilanda gelombang panas yang meningkatkan risiko kebakaran hutan dan menyebabkan pihak berwenang mengeluarkan larangan kebakaran untuk sebagian besar wilayah negara bagian Victoria.
Australia menghadapi musim kebakaran hutan berisiko tinggi yang telah membuat pihak berwenang Victoria memerangi kebakaran besar yang minggu lalu melanda Taman Nasional Grampians yang luas di negara bagian itu, menghanguskan rumah-rumah dan lahan pertanian.
Peramal cuaca nasional mengatakan suhu akan mencapai 14 derajat Celsius (25,2 derajat Fahrenheit) di atas rata-rata di beberapa wilayah pada hari Sabtu, dengan Melbourne, ibu kota negara bagian terpadat kedua di Australia, Victoria, diperkirakan mencapai 37 C (98,6 F).
Di Bandara Melbourne, suhu sudah mencapai 32,8 C (91 F) pada pukul 10:20 waktu setempat, lebih dari enam derajat di atas suhu maksimum rata-rata Januari, menurut data peramal cuaca.
Larangan kebakaran total diberlakukan untuk dua distrik di wilayah barat Victoria, termasuk Wimmera, area yang membentang lebih dari 180 kilometer (111 mil), tempat pihak berwenang melabeli bahaya kebakaran sebagai "ekstrem", peringkat bahaya tertinggi.
"Perubahan angin yang lebih signifikan yang mendorong panas di wilayah tenggara tidak akan terjadi hingga Minggu malam," kata pejabat Biro Meteorologi, Miriam Bradbury, kepada televisi Australian Broadcasting Corp.
Beberapa musim kebakaran terakhir di negara itu lebih tenang dibandingkan dengan "Musim Panas Hitam" 2019-2020 yang dahsyat akibat kebakaran hutan yang menghancurkan area seluas Turki dan menewaskan 33 orang.
Tahun Terpanas di Brasil
Tahun lalu (2024) tercatat sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat di Brasil, kata badan cuaca pada hari Jumat (3/1), setelah kekeringan dan banjir yang memecahkan rekor di negara Amerika Selatan itu yang oleh para ahli iklim dikaitkan dengan pemanasan global.
Suhu rata-rata pada tahun 2024 adalah 25,02 derajat Celsius (77,04 Fahrenheit)—0,79 derajat di atas suhu rata-rata tahun 1991–2020, menurut Institut Meteorologi Nasional.
Itu adalah tahun terhangat sejak pencatatan dimulai pada tahun 1961, melampaui angka tahun 2023 sebesar 24,92 derajat Celsius, yang juga merupakan rekor tertinggi.
Badan cuaca mengatakan bahwa "tren yang signifikan secara statistik... mungkin terkait dengan perubahan iklim yang diakibatkan oleh meningkatnya suhu global dan perubahan lingkungan lokal."
Menurut sebuah studi yang dirilis pekan lalu, Brasil mengalami peningkatan bencana iklim yang "mengkhawatirkan" antara tahun 2020 dan 2023, dengan jumlah kejadian hampir dua kali lipat lebih banyak setiap tahun, secara rata-rata, dibandingkan dengan dua dekade sebelumnya.
Data resmi menunjukkan rata-rata tahunan 4.077 bencana terkait iklim dalam periode empat tahun, termasuk kekeringan, banjir, badai dahsyat, dan suhu ekstrem, menurut penelitian oleh Universitas Federal Sao Paulo.
Penelitian tersebut menemukan korelasi antara bencana iklim yang dialami negara tersebut dan pemanasan suhu permukaan laut.
PBB mengatakan pada hari Senin (30/12) bahwa 2024 ditetapkan sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat di planet ini.
China, India, india, Taiwan, dan Hong Kong juga melaporkan pekan ini bahwa 2024 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat. (Reuters/AFP)
Editor : Sabar Subekti
Samarinda Sediakan Parkir Inap Bandara
SAMARINDA, SATUHARAPAN.COM - Unit Penyelenggara Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto S...