WMO: Tahun 2018 Terpanas Keempat dalam Sejarah
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB mengatakan, suhu rata-rata dunia tahun ini adalah yang tertinggi keempat dalam sejarah. WMO mengeluarkan hasil-hasil penelitiannya pada hari Kamis (29/11).
Penelitian itu, memperkirakan suhu rata-rata di seluruh dunia untuk 10 bulan pertama tahun 2018, meningkat hingga 1,1 derajat celsius, dibandingkan tingkat sebelum revolusi industri. Ini adalah suhu rata-rata dunia tertinggi keempat, sejak pencatatan dimulai tahun 1850.
Wilayah yang luas di Eropa mengalami panas serta kekeringan yang tak biasa tahun ini. Jepang juga mengalami gelombang panas yang memecahkan rekor. Kota Kumagaya, dekat Tokyo, mencatat rekor suhu tertinggi di Jepang, yaitu 41,1 derajat.
Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas memperingatkan, jika tren sekarang berlanjut, ia ragu Kesepakatan Paris 2015 dapat memenuhi janji untuk membatasi kenaikan suhu kurang dari 2 derajat celsius di atas tingkat sebelum revolusi industri.
Generasi Terakhir
"Penting sekali untuk mengulangi sekali lagi bahwa kita adalah generasi pertama, yang sepenuhnya memahami perubahan iklim dan generasi terakhir untuk dapat melakukan sesuatu terhadapnya," Taalas memperingatkan.
Dengan tingkat gas rumah kaca di atmosfer, penggerak utama perubahan iklim, pada rekor tinggi, "kita dapat melihat peningkatan suhu 3 hingga 5 derajat celsius pada akhir abad ini," kata Taalas.
"Jika kita mengeksploitasi semua sumber daya bahan bakar fosil yang diketahui, kenaikan suhu akan jauh lebih tinggi."
Delegasi dari hampir 200 negara akan hadir di Polandia minggu depan untuk KTT iklim COP24 terbaru, yang bertujuan untuk memperbarui dan membangun kesepakatan Paris dan membatasi pemanasan global.
Para pemimpin dunia, telah mencoba memperbaharuinya ke dalam perjanjian yang disepakati 195-negara, di tengah mundurnya beberapa negara, di antaranya Amerika Serikat – yang dibuat ketika ditandatangani pada bulan Desember 2015.
Perjanjian ini akan berlaku efektif pada 2020, untuk membatasi pemanasan global menjadi kurang dari 1,5C di atas tingkat pra-industri.
Tetapi, para ahli memperingatkan bahwa pemanasan global akan melampaui tiga derajat pada tahun 2100, dan mendesak pemerintah untuk melakukan lebih dari yang direncanakan untuk mengendalikannya.
"Setiap peningkatan suhu, akan mempengaruhi kesehatan manusia, dan akses makanan dan air, dan kepunahan hewan dan tumbuhan, juga bagi kelangsungan hidup terumbu karang dan kehidupan laut," kata wakil ketua WMO Elena Manaenkova
"Itu mempengaruhi produktivitas ekonomi, ketahanan pangan, dan ketahanan infrastruktur dan kota-kota kami," katanya.
"Ini mempengaruhi dan mempercepat pencairan gletser dan suplai air, dan masa depan pulau-pulau dataran rendah dan masyarakat pesisir." (nhk.or.jp/phys.org)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...