WTO: Penurunan Subsidi Produk Pertanian Dibahas di KTT APEC
BALI, SATUHARAPAN.COM - Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization / WTO) berpendapat bahwa sejauh ini masih dilakukan negosiasi meskipun berjalan lambat di antara Negara maju dan berkembang untuk mengatasi hambatan perdagangan.
Namun demikian, sebagaimanan diungkapkan Direktur Informasi dan Hubungan Eksternal WTO, Keith Rockwell, organisasi ini bisa mengurangi hambatan tersebut. “WTO sangat berharap pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara anggota APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) di Bali ini bisa dicapai kemajuan, khususnya negosiasi soal penurunan tarif perdagangan,” kata Keith, di Bali Jumat (4/10).
Menurut Keith, selain soal tarif perdagangan, akan dibahas tentang pembatasan subsidi produk pertanian. Dia menyebutkan sejumlah negara anggota Uni Eropa (UE), yakni Swiss dan Norwegia, serta Amerika Serikat, masih memberikan subsidi yang tingi untuk produk pertanian.
Masalah subsidi produk pertanian ini sering menjadi isu penting bagi Negara-negara berkembang yang menyebabkan produk mereka makin lemah daya saingnya, karena Negara maju memberikan subsidi yang cukup besar.
“Untuk negara maju, rencana pengurangan subsidi pertanian yang harus diturunkan mencapai 50 persen. Sedangkan untuk negara berkembang adalah 25 persen,” kata Rockwell sebagaimana diungkap dalam apec2013.or.id.
Dia menyatakan produk pertanian di setiap negara anggota WTO sangat beragam, sehingga diperlukan negosiasi yang intensif.
“Saya berharap semua anggota WTO memiliki komtmen yang sama untuk meningkatkan volume perdagangan, sehingga bisa terjadi perdagangan yang saling menguntungkan,” kata dia.
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...