Yaman: Gencatan Senjata Mungkin Diperpanjang, Pemimpin Houthi Tewas
SANAA, SATUHARAPAN.COM - Gencatan senjata selama 72 jam telah disetujui oleh kedua pihak dalam konflik di Yaman, antara Presiden Abedrabbo Mansour Hadi dan milisi Syiah Houthi yang dijadwalkan mulai pada hari Rabu (19/10) ini dan dengan kemungkinan perpanjangan.
"Presiden setuju untuk gencatan senjata 72 jam dan diperpanjang jika pihak lain mematuhi itu," kata Menteri Luar Negeri Yaman, Abdulmalek al-Mekhlafi di akun Twitter yang dikutip Al Arabiya.
Perjanjian tersebut menandai gencatan senjata yang akan mengakhiri pengepungan terhadap kota Taiz. "Kami di sini untuk menyerukan penghentian permusuhan segera yang akan dinyatakan dalam beberapa jam ke depan," kata utusan PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed.
Dia mengatakan faksi-faksi yang bertikai telah setuju untuk mengikuti syarat dan kondisi perjanjian gencatan senjata sebelumnya yang dibuat pada bulan April. Dia menyatakan harapan bahwa gencatan senjata itu akan menuju "ke akhir konflik secara permanen dan abadi."
Pemimpin Haouthi Tewas
Sementara itu dilaporkan koresponden Al Arabiya dari sumber militer bahwa pemimpin Houthi, Abdel Khalek al-Karmouchi, tewas dalam bentrokan dengan tentara nasional Yaman, di ibu kota Sanaa.
Sumber-sumber lain mengkonfirmasi kematian pemimpin Houthi itu dan juru bicara mioliter, Kolonel Ahmed Abdel Rahman al-Khatib, mengatakan (dia tewas) dalam bentrokan di timur laut Yaman di mana Houthi yang kuat menguasai Provinsi Saada. Pemimpin senior milisi Houthi, Abu Saleh al-Ghamri, dan Jaafer Adlan, juga dikonfirmasi tewas dalam bentrokan di Saada.
Sementara itu pada hari Selasa (18/10), pasukan koalisi membunuh puluhan pasukan milisi Syiah Houthi yang berusaha memenerobos perbatasan dengan Arab Saudi.
Editor : Sabar Subekti
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...