Yaman Genjatan Senjata, Pembicaraan Damai Pekan Depan
YAMAN, SATUHARAPAN.COM – Para pihak di Yaman diharapkan mematuhi syarat gencatan senjata untuk menciptakan kondisi kondusif pembicaraan damai yang akan dilakukan pekan depan untuk menghentikan perang di Yamana.
Utusan khusus Sekjen PBB, Ismail Ould Cheikh Ahmed untuk Yaman, juga mengingatkan bahwa syarat gencatan senjata itu juga menyangkut akses tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan di seluruh Yaman.
Para pihak yang berperang di Yaman menyepakati gencatan senjata yang dimulai hari Senin (11/4) terengah malam waktu setempat. Konflik bersenjata itu terutama melibatkan pihak pemerintah dan pemberontak dari kelompok Syiah Houthi. Pemerintah didukung Arab Saudi dan pemberontak didukung Iran.
"Kedua belah pihak telah berkomitmen untuk mematuhi syarat penghentian permusuhan yang saya tawarkan," kata Ahmed, hari Senin (11/4) seperti dikutip situs PBB.
"Saya meminta semua pihak dan masyarakat internasional setia mendukung gencatan senjata sebagai llangkah pertama mengembalikan Yaman untuk perdamaian. Ini sangat penting, mendesak dan sangat dibutuhkan. Yaman tidak bisa kehilangan nyawa lagi. "
Komite Pengawas Gencatan Senjata
Menurut Ould Cheikh Ahmed, Komite Deeskalasi dan Koordinasi berkumpul di Kuwait dan akan bekerja untuk mengawasi meningkatkan kepatuhan gencatan senjata. Komite meliputi wakil militer dari kedua belah pihak.
Persiapan pembicaraan damai intra-Yaman dengan mediator PBB telah dilakukan. Pembicaraan pekan depan itu fokus pada lima bidang utama: penarikan milisi dan kelompok bersenjata, penyerahan senjata berat, pengaturan keamanan sementara, pemulihan lembaga negara dan dimulainya kembali dialog politik inklusif, serta penciptaan sebuah komite khusus untuk narapidana dan tahanan.
Korban Anak-anak
Leila Zerrougui, Wakil Khusus Sekjen PBB untuk Anak dan Konflik Bersenjata, dan Peter Salama, Direktur UNICEF Regional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara mengharapkan para pihak mematuhi dengan melepaskan anak-anak yang direkrut dan digunakan dalam pertempuran.
‘’Kami minta pada semua pihak mematuhi kewajiban mereka menurut hukum kemanusiaan internasional, berkomitmen melepaskan anak-anak yang telah direkrut dan digunakan dalam pertempuran itu, dan untuk mengakhiri semua pelanggaran berat terhadap anak laki-laki dan perempuan,’’ kata mereka dalam pernyataan.
Keduanya juga minta para pihak melindungi sekolah dan rumah sakit, dan memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan untuk anak-anak dan semua orang yang membutuhkan.
Para pejabat PBB telah memverifikasi peningkatan signifikan pelanggaran berat terhadap anak-anak oleh semua pihak dalam konflik di Yaman. Menurut angka terbaru, 900 anak-anak telah tewas, meningkat tujuh kali lipat dibandingkan dengan tahun 2014. Perekrutan anak meningkat lima kali, dengan 848 kasus yang telah diverifikasi.
Sementara itu, serangan terhadap sekolah dan rumah sakit meningkat dua kali lipat menjadi total lebih dari 115.
Pejabat PBB menyebutkan data yang diverifikasi mewakili "puncak gunung es," karena situasinya menunjukan "tren yang sangat memprihatinkan." Di antara tren itu adalah anak-anak yang tewas merupakan sepertiga dari semua warga sipil yang tewas dan sekitar seperempat dari mereka yang terluka.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...