Yaman: Setiap Hari 6 Anak Tewas dalam Perang
BRINK, SATUHARAPAN.COM – Setiap hari enam anak berumur sekitar 10 tahun yang direkrut dalam perang di Yaman tewas atau terluka, menurut laporan badan PBB untuk Anak (UNICEF).
Laporan yang dirilis hari Selasa (29/3) itu menggarisbawahi bahwa perekrutan anak meningkat selama perang di negar itu dan meningkatkan risiko Yaman menjadi negara gagal.
Laporan itu menyebutkan bahwa banyaknya korban peraang di Yaman menimpa anak-anak, dan situasi kemanusiaan di sana sudah genting.
UNICEF diverifikasi lebih dari 1.560 insiden pelanggaran berat pada anak-anak di Yaman. Akibatnya, lebih dari 900 anak tewas dan lebih dari 1.300 terluka dalam satu tahun terakhir saja. Rata-rata, setidaknya enam anak tewas atau terluka setiap hari.
Jumlah ini hampir tujuh kali lebih banyak dari seluruh korban pada tahun 2014, menurut laporan itu. Lebih dari 50 serangan terjadi pada sekolah, dan anak-anak tewas ketika sedang belajar atau dalam perjalanan ke atau dari sekolah. Jumlah ini hanya mewakili puncak gunung es, karena hanya dari kasus yang bisa diverifikasi UNICEF.
"Anak-anak membayar harga tertinggi untuk konflik," kata Kepala Perwakilan UNICEF, Julien Harneis, dalam siaran persnya.
"Mereka yang tewas atau cacat di seluruh negeri dan anak-anak tidak lagi aman di mana saja di Yaman. Bahkan bermain atau tidur telah menjadi berbahaya," kata dia.
Petarung Anak-anak
Meningkatnya perang di Yaman meningkatkan perekrutan dan penggunaan anak-anak dalam pertempuran, kata laporan. Anak-anak didorong berperan lebih aktif dalam pertempuran, seperti tugas di pos pemeriksaan dan membawa senjata. Tahun lalu, UNICEF diverifikasi 848 kasus perekrutan anak, dan pihak yang terlibat konflik telah merekrut anak-anak berumur sekitar 10 tahun untuk bertempur.
Data terakhir UNICEF menunjukkan bahwa 63 fasilitas kesehatan telah diserang atau rusak. Sebagian besar fasilitas itu kondisinya parah, karena kekurangan peralatan medis, perlengkapan, dan personil, serta kekurangan secara sporadis.
Akibatnya banyak kematian akibat kurangnya pelayanan medis. UNICEF memperkirakan bahwa tahun lalu hampir 10.000 kematian tambahan akibat penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. Sebagian besar terjadi pada anak di bawah usia lima tahun.
Kemungkinan besar hal itu akibat penurunan pelayanan kesehatan, termasuk layanan imunisasi dan pengobatan diare dan pneumonia. Sekitar 40.000 anak di bawah lima tahun yang meninggal setiap tahun di Yaman.
Butuh Bantuan Mendesak
UNICEF menyebutkan, hampir 10 juta anak atau 80 persen dari total penduduk Yaman sekarang membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak. Lebih dari dua juta anak menghadapi ancaman penyakit diare dan 320.000 beresiko kekurangan gizi akut.
UNICEF menegaskan kembali seruannya pada semua pihak dalam konflik di Yaman untuk mengakhiri pertempuran dan mencapai penyelesaian politik.
"Yaman sudah dalam keadaan rapuh karena dekade keterbelakangan dan konflik internal," kata Peter Salama, Direktur UNICEF untuk Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.
"Sayangnya, anak-anak selalu menanggung beban. Tanpa mengakhiri perang, negara ini risiko menjadi negara gagal, dengan konsekuensi yang luas pada jangka panjang bagi anak-anak dan keluarga mereka," kata dia.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...