Yaman Tahan 2.000 Migran Afrika, 1.300 Migran Kuba Kabur
YAMAN, SATUHARAPAN.COM - Pihak berwenang Yaman menangkap dan menahan lebih dari 2.000 migran, umumnya warga Ethiopia, demikian dikatakan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).
Badan Migrasi PBB itu menyatakan "sangat prihatin atas kondisi tempat penahanan para migran itu, yang 400 di antaranya adalah anak-anak," ujar juru bicara PBB Stephane Dujarric.
Ia mengatakan PBB sedang berbicara dengan pihak berwenang Yaman untuk menjamin para migran itu mendapat "layanan dasar kesehatan, makanan, air dan sanitasi" dan mendesak pemerintah setempat untuk menemukan "alternatif yang lebih aman daripada penahanan."
Menurut IOM, penahanan dimulai pada Minggu (21/4) di bagian selatan negara itu, yang dikuasai pemerintahan yang diakui secara internasional dan didukung Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Ribuan migran tiba di Yaman setiap tahun, sebagian besar dari Tanduk Afrika. Sebagian besar dari mereka menggunakan negara itu sebagai rute menuju negara-negara Teluk yang lebih kaya.
Awal pekan ini, laporan hasil penyelidikan PBB mengatakan perang di Yaman menghambat pembangunan di negara itu lebih dari 20 tahun. Koalisi yang dipimpin Arab Saudi telah memerangi pemberontak Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran sejak 2015. Konflik itu telah menyebabkan kematian puluhan ribu orang.
1.300 Migran Kabur dari Pusat Penahanan di Meksiko
Sementara itu para pejabat di bagian selatan Meksiko menyatakan sedikitnya 1.300 migran meninggalkan sebuah pusat penahanan pada hari Kamis (25/4).
The National Institute of Migration (INM) menyatakan, “Orang-orang yang ditempatkan di pos migrasi telah kabur dalam skala besar.”
Banyak di antara migran yang melarikan diri itu adalah warga Kuba, sebut INM.
Sekitar 700 migran kembali secara sukarela ke pusat tahanan di Tapachula, di negara bagian Chiapas sedangkan sekitar 600 lainnya masih diburu, jelas INM.
Pusat tahanan itu tercatat mampu menampung kurang dari 1.000 orang, tetapi para migran menyatakan tempat itu kadang-kadang menampung hingga 3.000 orang.
Sebagian besar migran tersebut sedang berusaha masuk ke Amerika Serikat.
Presiden Amerika Donald Trump telah mengancam akan menutup perbatasan Amerika dengan Meksiko, apabila Meksiko tidak berbuat lebih banyak untuk menghentikan gelombang migran yang mengalir ke Amerika.
Trump percaya bahwa para migran, yang sebagian besar bersama keluarga mereka, adalah ancaman bagi keamanan Amerika. (VOA)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...