Yatim Piatu Sejak Tragedi Holocaus, Berkat Tes DNA, Kini Dia Punya Sepupu
CHARLESTON UTARA-CAROLINA SELATAN, SATUHARAPAN.COM-Shalom Korai tidak tahu nama aslinya atau tanggal lahirnya. Ia diselamatkan di jalan pemukiman Warsaw (Polandia) di tengah kebakaran ketika ia masih balita saat Perang Dunia II, di mana keluarganya terbunuh oleh Nazi di Polandia.
Ia tumbuh besar dan tinggal di Israel tanpa mengetahui masa lalunya. Ia tidak pernah merasakan pelukan dari keluarga sedarahnya sampai pada hari Rabu (10/7) ketika Korai terbang menggunakan pesawat dari Carolina Selatan ke pelukan seorang Ann Meddin Hellman.
Kakeknya adalah saudara dari kakek Korai, menjadikan mereka sebagai sepupu jauh.
Nenek moyang Hellman datang ke Amerika Serikat ketika keluarga Korai tinggal di Polandia untuk menjalankan bisnis keluarga. Beberapa tahun kemudian mereka menjadi salah satu dari enam juta Yahudi yang terbunuh oleh orang Jerman di Perang Dunia II.
“Saya merasa seperti baru saja memberikan hidup kepada seseorang. Ia telah menjadi anak saya. Saya harus menjaganya dan merawatnya,” kata Hellman, meski ia beberapa tahun lebih muda dari Korai, yang berumur sekitar 83 tahun.
Ia memberikan peluk dengan penuh suka cita pada Korai ketika mereka menunggu barang-barang Korai di bandara sehingga mereka bisa merayakan dengan pesta selama beberapa hari dengan kerabat-kerabat lainnya di rumah Hellman di Charleston.
Korai, yang lebih fasih berbicara dalam Bahasa Ibrani, tidak bisa berhenti tersenyum meski ia tidak bisa memahami keriuhan para juru kamera dan keramahan orang-orang daerah Selatan di sekitarnya. Ia dan Hellman mulai sering berbicara sejak mengetahui hasil DNA mereka, awalnya melalui pesan teks dan kemudian menjadi telepon video rutin selama beberapa hari dalam satu pekan.
Ketika Hellman menunggu Korai turun dari pesawat, ia begitu gugup dan berkata pada saudaranya, “Saya tidak sabar untuk segera memeluknya.”
Apa yang dapat diketahui dari latar belakang Korai dimulai dari kesendiriannya. Ia berada di pinggir jalan di sebuah pemukiman orang-orang Yahudi di Warsaw tahun 1943 ketika seorang anggota polisi mengambilnya dan membawanya ke sebuah biara. Seorang suster membaptisnya dan mulai merawatnya di luar keyakinan Yahudi.
Lena Kuchler-Silberman, seorang perempuan Yahudi yang menjadi anggota dari perlawanan terhadap Nazi, mendengar keadaan Korai. Ia menyelamatkan sekitar 100 anak-anak Yahudi. Ia mengambil mereka yang terlantar sendirian, terkadang dengan bernegosiasi atau membayar untuk mengambil mereka dari panti asuhan non Yahudi.
Korai kemudian dibawa ke sekolah berasrama untuk Yahudi di Polandia, kemudian ke Prancis hingga akhirnya ke Israel di 1949. Ia menghabiskan 35 tahun untuk bekerja dengan semi truk.
Korai memiliki tiga anak dan delapan cucu. Ia merelakan bahwa ia tidak akan pernah tahu soal tanggal lahirnya, nama yang ia dapatkan ketika ia lahir, bagaimana ayah dan ibunya betemu, atau apa yang kakeknya lakukan untuk mencari nafkah.
“Anda tidak dapat mencari sesuatu yang tidak Anda ketahui sama sekali,” kata Korai dalam Bahasa Ibrani untuk sebuah situs MyHeritage, sebuah perusahaan yang membantunya untuk tes DNA dan mencari keluarganya.
MyHeritage menawarkan Korai dan yatim piatu korban Holokaus lainnya untuk melakukan tes DNA pada musim panas 2023. Beberapa bulan kemudian Hellman mendapatkan kabar dari sampel DNA yang pernah ia berikan untuk mencaritahu silsilah keluarganya. Kabar itu berupa sepupu jauh yang tidak diketahui.
Nama dan informasi lainnya tidaklah familiar, tetapi karena firasatnya, ia meminta sepupunya yang lain untuk melakukan tes DNA juga, yang kemudian juga mendapatkan kecocokan yang sama. Hellman menghubungi MyHeritage dan meminta sebuah foto serta informasi lainnya. Ia ingat bagaimana ia begitu terkejut saat melihat Korai yang begitu mirip dengan saudara laki-lakinya.
“Foto itu benar-benar menyadarkanku,” kata Hellman. Kecocokan itu langsung menimbulkan koneksi satu sama lain. Hellman tahu bahwa ada anggota dari silsilah keluarganya yang berkaitan dengan pamannya, yang mana meninggal saat Holokaus. Sekarang ia tahu bahwa ada seseorang anggota keluarga yang selamat dari kejadian tersebut.
Hellman tidak mencari siapa-siapa saat ia melakukan tes DNA, tetapi kadang hal-hal menakjubkan terjadi, ujar Daniel Horowitz, ahli silsilah di MyHeritage. “Sebuah keluarga yang selama ini ia harapkan datang padanya begitu saja,” kata Horowitz.
Beberapa misteri tetap tertinggal, berkat kerusakan yang Nazi perbuat kepada jejak-jejak korban mereka. Hellman mengetahui nama dari tante Korai, “Tetapi saya belum dapat menemukan nama orangtuanya. Hal ini begitu mengecewakan,” katanya.
Hellman memelajari banyak tentang sepupunya. Ia pemalu dan pendiam. Ketika Korai turun dari pesawat di hari Rabu bersama dengan rekan perjalanan dan penerjemahnya, Arie Bauer, ia bercanda dengan bertanya jika ia dapat berdiri di belakang Bauer saja. Tetapi rekannya menyuruhnya untuk memeluk keluarganya.
“Ia secara perlahan mulai sadar. Ia mulai terbiasa, sedikit demi sedikit, tentang keluarga baru yang tidak pernah dikenalinya,” ujar Bauer.
Bukan hanya Hellman yang datang di bandara saat itu. Banyak kerabat lainnya seperti kakak dan adik Hellman, suami dan anak-anaknya, keponakannya, adik iparnya, juga sepupu lain yang datang untuk merayakan kehadiran Korai. Lebih banyak kerabat lainnya berkumpul di rumah Hellman untuk kebersamaan dan pesta selebrasi.
Korai tersenyum selagi setiap kerabatnya memberinya pelukan. Dalam keadaan yang lebih tenang di mana kerabatnya sibuk berbicara satu sama lain, Korai memandangi mereka dari kejauhan.
“Dia akan melihat dirinya sendiri di dalam keluarga ini dengan cara yang belum pernah dia lihat sebelumnya,” kata Hellman. “Dan kita bisa memberikan sebuah keluarga kepada seseorang yang tidak pernah mengira keluarga itu ada.” (AP)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...