Yohanes dan Spirit Melayani Tuhan
SATUHARAPAN.COM - “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah. Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: "Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya", demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu." Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan. Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Inilah yang diberitakannya: "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." (Markus 1:1-8).
Demikian Injil Tuhan Yesus Kristus, kita menjadi orang-orang yang berbahagia ketika kita mau membaca, mendengar, menyimpan, lebih lagi melakukannya.
Posisi, jabatan, kedudukan, popularitas senantiasa memberikan nilai tambah bagi pemiliknya. Hanya mereka yang dapat memiliki semua itu yang pada akhirnya akan mendapatkan lebih banyak dibandingkan dengan orang lain. Itulah sebabnya tidak heran jika banyak orang berusaha untuk mendapatkannya. Banyak orang berusaha untuk meraihnya. Setelah mendapatkan dan meraihnya, mereka lalu berusaha mempertahankannya sedemikian rupa. Dan hal itu sesungguhnya sangat mungkin didapatkan oleh Yohanes, sang pembuka jalan bagi kehadiran Sang Mesias.
Hampir 400 tahun umat Tuhan tidak lagi mendengar suara kenabian. Mereka berjalan tanpa arah. Mereka berjalan tanpa tuntunan Tuhan. Lalu tiba-tiba muncul seorang bernama Yohanes. Ia menyerukan tentang pertobatan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu."
Seruan pertobatan yang disampaikan oleh Yohanes itu ternyata direspon dengan sangat baik, direspon dengan penuh antusias oleh umat Tuhan pada waktu itu. Ayat 5 dari pembacaan kita berkata: Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan.
Perhatikan saudara-saudara, dengan cepat orang-orang menaruh percaya kepada Yohanes. Ia bukan saja diterima tetapi juga dipercaya. Mereka menyatakan pertobatan lalu kemudian dibaptiskan. Saya kira ini bukan sesuatu yang sederhana. Yohanes dengan demikian mulai memiliki pengikut, para pengikut yang memposisikan Yohanes sebagai pemimpin spiritual pada waktu itu. Para pengikut yang memposisikan Yohanes sebagai pemimpin karismatik yang sama dengan nabi.
Di situ sebenarnya Yohanes memiliki peluang. Ia punya kesempatan untuk membangun popularitasnya, namun ternyata hal itu tidak dilakukan oleh Yohanes. Dia tahu siapa dirinya. Dia menyadari keberadaan dirinya. Dia tidak lebih hanyalah seorang utusan dan dia cukup bahagia menjadi seorang utusan. Dia cukup happy dengan posisinya, dia bersukacita dengan perannya sebagai seorang utusan.
Seorang utusan yang mempersiapkan jalan bagi Ia yang akan datang, yang jauh lebih mulia. Seorang utusan oleh karenanya tidak lebih terhormat dari Ia yang akan datang. Yohanes mengatakan: "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.”
Yohanes dengan sadar tetap memilih untuk tetap menjadi utusan, sekalipun pada saat itu ia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan lebih dari sekedar seorang utusan. Dia bisa mendapatkan popularitas. Dia mendapatkan pengikut. Dia mendapatkan orang-orang yang mempercayai namun dia tidak memanfaatkan peluang yang datang itu. Dia tidak memanfaatkan dukungan banyak orang.
Sungguh sangat berbeda jika dibandingkan dengan situasi di sekitar kita pada saat ini. Orang sekarang cenderung berebut posisi dan kedudukan demi mendapatkan gengsi dan kehormatan. Yohanes bahkan dengan sadar merendahkan dirinya sedemikian rupa sehingga ia katakan untuk membuka tali kasutNya pun, ia tidak merasa layak terhadap Dia yang akan datang.
Jalan yang dipilih oleh Yohanes adalah jalan yang penuh dengan paradoks, jalan yang kelak akan diambil juga oleh Yesus. Hendry Nouwen pernah berkata jalan Yesus adalah jalan yang penuh dengan paradoks. Itulah jalan yang menurun dan terus menurun sampai pada salib.
Bagi Yesus, yang terutama adalah bukan kedudukan. Bagi Yesus, yang terutama adalah bukan jabatan, posisi, gengsi, kuasa dan bukan nama besar. Itu juga yang dinyatakan oleh Yohanes pada saat itu. Buat Yohanes yang paling penting ialah ketika ia dipercaya menjadi utusan. Buat Yohanes yang lebih penting adalah kesempatan untuk dia bekerja dan mempersiapkan setiap orang untuk menjadi pantas saat menyambut kedatangan Ia yang akan datang.
Spirit yang Yohanes nyatakan semestinya menjadi spirit kita. Ketika kita mau menjadi pribadi yang tidak egois, ketika kita mau menjadi pribadi yang tidak egosentris, melulu mencari dan memusatkan segala sesuatunya hanya kepada diri sendiri, tetapi kepada Dia yang kita layani, Dia yang kedatanganNya akan kita sambut. Hanya dengan cara demikianlah maka kita akan aktif melayani daripada menyibukkan diri melakukan pencitraan-pencitraan demi untuk menarik banyak simpati banyak orang. Kita akan bergerak daripada hanya menata diri untuk dapat tampak hebat, bekerja lebih daripada menata gaya. Dan itu yang dilakukan oleh Yohanes, itu yang dikerjakan oleh Yohanes.
Dalam ayat 8 pembacaan kita, Yohanes mengatakan penegasannya: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." Dengan kalimatnya itu, Yohanes hendak mengatakan bahwa kuasanya tidak lebih tinggi daripada kuasa Dia. Kuasa Dia yang akan datang yang sekarang sedang dia persiapkan jalannya dan jauh di atas kuasanya. Lagi-lagi Yohanes memposisikan dirinya sebagai yang lebih rendah, tidak lebih tinggi, dibandingkan Dia yang kedatangannya sedang dia persiapkan.
Kesediaan untuk merendah dan tidak popular untuk menjadi berkat nyata dalam kehidupan, membuat diri kita menjadi pribadi yang bermakna. Hidup yang kita jalani juga tidak akan sia-sia. Waktu tunggu kita sebelum Ia datang dalam kesempurnaanNya akan menjadi sesuatu yang berguna.
Minggu Advent sebagai minggu-minggu penantian, semestinya kita isi dengan semua yang baik, benar, dan berguna. Kita jauhkan ujaran-ujaran kebencian, berita bohong, sikap intoleransi, dan tindakan kekerasan. Mari mengupayakan perbuatan baik dengan saling menumbuhkan rasa kesetiakawanan dalam kehidupan, membangun kerelaan untuk saling melayani, serta merawat kehidupan. Karena Ia yang akan datang adalah Ia yang agung, Ia yang penuh kasih, Ia yang besar yang didalamNya kita menyambutNya dengan kepantasan.
Menyambut Ia dalam kepantasan adalah dengan memberikan diri bagi semua demi untuk mendapatkan dan merasakan Kasih Dia yang akan datang. Tuhan Yesus memberkati setiap kita. Amin. (Kemenag)
Seluruh Pengurus PGI Periode 2024-2029 Dilantik dalam Ibadah...
TORAJA, SATUHARAPAN.COM-Majelis Pekerja Harian (MPH), Badan Pengawas (BP), Majelis Pertimbangan (MP)...