Yordania: Upaya Diplomasi untuk Hentikan Serangan Militer di Gaza
AMMAN, SATUHARAPAN.COM-Raja Yordania, Abdullah, mengatakan pada hari Minggu (16/5) bahwa kerajaannya terlibat dalam diplomasi intensif untuk menghentikan eskalasi militer Israel dalam kekerasan terburuk Israel-Palestina dalam beberapa tahun terakhir.
Raja Yordania yang merupakan keluarga penguasa dan memiliki orotitas atas situs Muslim dan Kristen di Yerusalem, tidak merinci tentang diplomasi itu, yang dikomunikasikan melalui flash berita di media pemerintah.
Pejabat pemerintah Yordania mengatakan kepada Reuters bahwa kerajaan yang pro Barat itu memimpin upaya diplomatik dengan sekutu Eropa dan AS untuk menekan Israel agar menghentikan serangan udara dan artileri di Gaza yang telah berlangsung sejak pertempuran hari Senin (10/5) lalu.
Militer Israel mengatakan bahwa Hamas, sebuah kelompok yang dianggap oleh banyak komunitas internasional sebagai gerakan teroris, dan faksi bersenjata lainnya telah menembakkan lebih dari 2.800 roket dari Gaza selama sepekan terakhir.
Sebelumnya, pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, mengatakan tindakan Israel mendorong kawasan itu menuju konflik yang lebih luas. "Israel memikul tanggung jawab pasukan pendudukan yang ada atas situasi berbahaya di tanah Palestina yang diduduki dan apa yang ditimbulkannya dalam kekerasan, pembunuhan, perusakan dan penderitaan," kata Safadi.
Ribuan warga Yordania, kebanyakan dari mereka berasal dari Palestina, turun ke jalan-jalan ibu kota Amman pada hari Minggu, menyerukan agar Yordania membatalkan kesepakatan damai dengan Israel.
Kecaman dari Anggota OKI
Pembicaraan di antara menteri luar negeri negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dimulai pada hari Minggu (16/5), setelah Arab Saudi menyerukan pertemuan mendesak.
Arab Saudi mengecam pelanggaran Israel terhadap hak-hak Palestina, kata Menteri Luar Negeri, Pangeran Faisal bin Farhan, mengatakan pada awal pertemuan. Saudi menyerukan diakhirinya segera eskalasi Israel di Palestina, tambahnya, dikutip Al Arabiya.
Arab Saudi juga mengecam penggusuran "paksa" warga sipil Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur, kata Pangeran Faisal. "Yerusalem Timur adalah tanah Palestina yang kami tidak terima untuk diambil," tambah menteri luar negeri.
"Kerajaan dengan tegas menolak pelanggaran Israel terhadap Palestina ... dan menyerukan diakhirinya segera eskalasi Israel."
Menteri tersebut mengatakan bahwa Arab Saudi menyerukan kepada komunitas internasional untuk memikul tanggung jawab "dalam menghadapi pelanggaran Israel," menambahkan bahwa mereka harus campur tangan untuk mengakhiri tindakan Israel.
Arab Saudi menegaskan dukungannya untuk Inisiatif Perdamaian Arab, yang menjamin hak Palestina untuk sebuah negara dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, kata angeran Faisal menambahkan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad Al-Maliki, mengatakan bahwa "praktik Israel adalah serangan terhadap orang Arab, Muslim, dan norma internasional."
Al-Maliki menekankan bahwa "rakyat Palestina menjadi sasaran apartheid Israel... dan mereka dicabut dari tanah dan hak mereka.Pemukim Israel menyerbu rumah Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem," katanya.
Dalam pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, mengatakan Israel mendorong kawasan itu ke dalam konflik lebih lanjut dan mengancam perdamaian.
Yordania menyatakan dukungannya untuk perjuangan Palestina dan mengecam penggusuran paksa Israel atas warga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur, dengan mengatakan itu merupakan "kejahatan perang."
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Kuwait, Sheikh Ahmed Nasser Al-Sabah, mengatakan kejahatan Israel di Yerusalem Timur merupakan pelanggaran terhadap semua hukum kemanusiaan internasional. Eskalasi Israel mengancam keamanan dan stabilitas kawasan, tambahnya.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...