Yuan Mata Uang Internasional, Peluang Indonesia Perkuat Ekspor
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dana Moneter Internasional telah menetapkan mata uang yuan sebagai mata uang internasional pada hari Selasa (1/12). Ini artinya mata uang Tiongkok tersebut merupakan pertanda nantinya yuan akan diakui sama dengan dolar atau euro.
Lalu, apa dampaknya bagi Indonesia?
Deputi bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor karena nantinya barang-barang dari Indonesia yang dijual ke Tiongkok akan menjadi lebih murah.
“Dampak dari menggunakan renmibi dan akhirnya dimasukkan menjadi mata uang dunia tentu membuat renmibi secara teori akan menguat dibanding mata uang lain dan mungkin juga terhadap mata uang kita,” kata Sasmito Hadi Wibowo di Kantor BPS Jalan Dr. Sutomo Jakarta Pusat, hari Selasa (1/12).
“Kalau menguat terhadap mata uang kita jadi harga barang-barang ekspor ke sana (Tiongkok) bisa lebih murah. Kalau bisa lebih murah orang Tiongkok bisa membeli harga barang kita lebih banyak karena lebih murah. Semua orang senang kalau harganya lebih murah. Itu nanti bisa membantu ekspor kita.”
Sedangkan di sisi lain, barang-barang dari Tiongkok harganya akan lebih mahal bila dijual ke negara lain termasuk Indonesia. Sehingga, di titik ini, Indonesia bisa menekan impor dan memperbaiki neraca perdagangan dengan Tiongkok yang masih defisit.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan sepanjang Januari hingga September 2015 saja nilai perdagangan Tiongkok dengan Indonesia mencapai USD 32,8 miliar. Namun, neraca perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok sepanjang Januari hingga September masih mengalami defisit sebesar USD 10,5 miliar.
Sementara itu, Rektor Universitas Paramadina Firmanzah mengatakan selain memperbaiki kinerja ekspor, masuknya yuan menjadi mata uang dunia akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap dolar Amerika.
“Kalau kita bisa membangun basis kesepakatan dengan China (Tiongkok) terkait penggunaan yuan sebagai mata uang perdagangan bilateral maka hal itu akan mengurangi ketergantungan kita terhadap dolar Amerika,” kata dia ketika dihubungi oleh satuharapan.com, hari Rabu (2/12).
Oleh karena itu, kata dia, yang perlu disiapkan oleh pemerintah adalah memperkuat hubungan dagang dan kemitraan antardunia usaha kedua negara dengan menggunakan yuan-rupiah sebagai basis currency mata uang perdagangan bilateral.
Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Tiongkok dikenal sangat akrab dan terjalin dengan baik. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah akhirnya memutuskan proyek kereta api cepat jatuh ke tangan Tiongkok meskipun ini akhirnya menjadi sorotan banyak pihak. Selain itu, nilai realisasi investasi Tiongkok di Indonesia pun meningkat dan menduduki posisi lima besar hingga Oktober 2015 yaitu sebesar USD 0,2 miliar.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...