Ziarah Yahudi di Tunisia Berkembang Meski Ada Perdebatan
TUNISIA, SATUHARAPAN.COM – Meskipun mengalami masalah dengan keamanan dan perdebatan keras atas paspor Israel, pejabat setempat mengatakan bahwa ribuan peziarah Yahudi ambil bagian dalam ritual tahunan di Tunisia. Tahun ini, peziarah Yahudi meningkat tajam untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir.
Seperti yang dirilis oleh alarabiya.net pada Minggu (18/5), Rene Trabelsi yang membantu mengatur perjalanan ke sinagoga Ghriba, situs Afrika tertua, mengatakan 2000 orang termasuk 1000 orang dari luar negeri, turut ambil bagian dalam tiga hari ziarah yang berakhir pada Minggu (18/5).
“Ziarah 2014 telah berlangsung dengan sukses. Ini adalah hari yang besar,” kata dia dan berterima kasih kepada pasukan keamanan untuk melindungi acara tersebut.
Ziarah ke pulau Djerba yang merupakan situs rumah ibadat, dibatalkan pada tahun 2011 setelah revolusi dan pada tahun-tahun berikutnya hanya ada ratusan orang yang datang ke tempat itu. Puncaknya, pada tahun 2000 peziarah yang datang di tempat ini mencapai 7000 orang.
Pada tahun 2002, militan al-Qaeda meledakkan bom truk di dekat rumah ibadat yang menewaskan 21 orang, beberapa dari mereka adalah turis Jerman dan masyarakat Yahudi yang terbilang masih minoritas.
Tahun ini adalah pertama kalinya bahwa peziarah Israel telah diizinkan untuk menggunakan paspor mereka daripada sebuah dokumen khusus yang dikeluarkan oleh pemerintah Tunisia. Hal ini memicu kemarahan di antara beberapa anggota parlemen karena Tunisia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Iris Cohen, yang menjalankan sebuah agen perjalanan yang berbasis di Israel, mengatakan bahwa itu adalah pertama kalinya dia melakukan perjalanan spiritual sejak revolusi.
“Saya berterima kasih kepada menteri pariwisata yang membuat lebih mudah bagi peziarah Israel yang akan datang,” kata dia.
Orang Yahudi telah tinggal di Djerba sejak 500 Sebelum Masehi. Populasi Yahudi telah menyusut hingga 1500 orang dan pada tahun 1960 turun kembali hingga 1000 orang. Hanya sedikit dari mereka ada yang masih hidup setelah perang 1967 antara Israel dan negara-negara Arab dan kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah pada akhir tahun 1960 juga mengusir banyak pemilik usaha Yahudi.
Djerba, sebuah pulau berdebu dengan pohon-pohon palem dan kebun zaitun, yang menggaet ratusan ribu wisatawan setiap tahun terutama dari Jerman dan Prancis yang kagum dengan pantai berpasir dan sejarah yang kaya. Para pemimpin Yahudi mengatakan sinagoga Ghriba yang dibangun pada 586 SM itu telah menarik 2000 pengunjung per hari.
Situs ini kaya dengan legenda. Orang-orang Yahudi pertama datang dengan membawa sebuah batu dari kuil kuno Yerusalem yang dihancurkan oleh orang-orang Babel. Batu tersebut disimpan di gua di sinagoga. Perempuan dan anak-anak turun ke gua untuk menempatkan telur yang bertuliskan pesan dan mimpi mereka. (alarabiya.net)
Editor : Bayu Probo
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...