Kunjungan Paus akan Tingkatkan Pariwisata Israel
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Kementerian pariwisata Israel pada Minggu (18/5) mengatakan pihaknya memperkirakan kunjungan Paus akhir bulan ini akan meningkatkan tur wisata umat Kristen, yang sudah menyumbang sebagian besar dari pasar tersebut.
“Melalui kunjungan ke Tanah Suci yang dilakukan Paus Fransiskus, yang merupakan tokoh terkenal dan pemimpin signifikan bagi 1,2 miliar umat Katolik di dunia, kementerian memperkirakan peningkatan puluhan ribu jumlah umat Kristen yang berkunjung ke Israel,” kata kementerian tersebut.
“Pariwisata Kristen, yang menyumbang sekitar 60 persen dari semua pariwisata, diperkirakan akan meningkat hingga sekitar 10 persen pada 2014,” ujarnya.
Pihaknya menambahkan bahwa 2013 merupakan tahun rekor untuk pariwisata ke Israel, dengan 3,54 juta orang yang tercatat berkunjung ke negara tersebut.
Pihaknya juga mengatakan bahwa warga Yahudi berpartisipasi hingga 22 persen dari pengunjung tersebut, dengan umat Katolik Roma sebesar 26 persen, yang terbesar dari demoninasi Kristen.
Kementerian mengatakan kunungan Paus Fransiskus pada 25-26 Mei akan disiarkan langsung di situs www.holyland-pilgrimage.org guna memaksimalkan pengaruhnya.
Paus Fransiskus akan berangkat menuju ke Timur Tengah pada Sabtu, dalam kunjungan yang ditujukan untuk menyatukan umat Kristen, namun niat baik itu tampaknya tidak dapat mengatasi perbedaan yang sudah ada selama berabad-abad.
Logo yang dibuat Vatikan untuk kunjungan tersebut menggambarkan pelukan antara Santo Petrus dan Santo Andreas -- yang mewakili dunia Katolik dan Ortodoks -- dalam sebuah perahu layar di bawah slogan “May They Be One”.
Fransiskus akan bertemu Patriark Gereja Ortodoks Konstantinopel Bartolomeus empat kali dalam kunjungan tersebut, termasuk untuk doa bersama pastur dari cabang agama Kristen lain di Yerusalem pada Minggu.
Seluruh kunjungan tersebut dilakukan pada peringatan 50 tahun pertemuan bersejarah antara pendahulu Fransiskus, Paul VI, dan pemimpin Konstantinopel, Athenagoras.
Namun memulihkan keretakan dalam gereja yang dimulai abad ke-11 merupakan tugas yang hampir tidak mungkin diselesaikan.
Di Timur Tengah khususnya, umat Kristen semakin terpecah dan bertikai serta menghadapi tekanan dari meningkatnya Islamis, memaksa banyak orang untuk berimigrasi.
Baru-baru ini, pemipim gereja Ortodoks Yerusalem dan Antiokhia bulan ini dilanda perselisihan teritorial atas kontrol keuskupan agung di Qatar.
Krisis Ukraina lebih lanjut menghambat upaya untuk menyatukan berbagai cabang agama Kristen yang berbeda, ketika Gereja Katolik Yunani Ukraina, yang loyal terhadap Vatikan dan mendominasi di Ukraina barat, bertentangan dengan Gereja Ortodoks Rusia. (AFP)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...