Zinedine Zidane Mundur, Bagai 'Ledakan Bom' Guncang Real Madrid
SATUHARAPANCOM – Dia pergi sebagaimana dia tiba, dan sebagaimana pula dia menggunakan waktunya selama dua setengah tahun terakhir: dengan penuh martabat.
Keputusan Zinedine Zidane untuk mundur dari Real Madrid, hanya lima hari setelah memimpin timnya merebut gelar Liga Champions ketiga berturut-turut, membuat klub raksasa Spanyol itu gonjang-ganjing.
Zidane menyampaikan keputusan itu dalam jumpa pers yang sangat terbuka pada hari Kamis (31/5) saat jam makan siang. Presiden Los Blancos, Florentino Perez, seperti dilaporkan Andy West dari BBC News, Spanyol, jelas terkesima, dan sekarang harus bekerja keras dan cepat untuk mencari dan memburu pengganti legenda Prancis itu.
Media Spanyol juga tak kurang terkejutnya. Mereka memberitakannya dengan nada terpana. Sebuah artikel di situs internet Marca menyebut kabar itu “mengguncangkan ruang ganti (Real Madrid) bagaikan (ledakan) bom”, sementara El Mundo menyatakan “klub itu tidak yakin akan ada kapten yang lebih baik untuk kapal (Madrid) yang begitu menjelimet”.
BBC Sport memapar berbagai alasan perginya Zidane dan apa artinya bagi juara Eropa itu.
Apakah Pengunduran Diri Zidane Mengejutkan?
Ya. Kabar itu jelas merupakan kejutan besar bagi Florentino Perez, yang hampir sepanjang konferensi pers itu duduk di samping Zidane dengan ekspresi kosong di wajahnya, seolah-olah kesulitan untuk mempercayai apa yang dia dengar.
Perez mengatakan Zidane hanya memberitahu keputusan itu kepadanya sehari sebelumnya, dan Zidane mengungkapkan satu-satunya pemain yang dia ajak bicara soal itu secara pribadi adalah kapten klub Sergio Ramos.
Zidane tak biasanya berbicara blak-blakan saat mengungkapkan alasannya untuk berhenti. Ia mengaku tidak bisa membayangkan dengan jelas bagaimana bisa terus membawa timnya dalam kemenangan di musim depan, dan berulang kali ia menyatakan keyakinannya tim itu membutuhkan “wacana baru”. Ia juga menggarisbawahi beratnya tekanan dan tuntutan terhadap pelatih di Real Madrid.
Dia tidak mengungkapkan kapan dia sampai pada kesimpulan harus pergi, tetapi ada beberapa petunjuk: ketika diminta untuk menyebutkan saat-saat terburuknya saat menangani Real, Zidane tidak ragu-ragu untuk menyebut saat tersingkirnya Real dari Copa del Rey akibat kalah dari Leganes, Januari lalu.
Dan pertanyaan terakhir yang dijawabnya -sebelum keluar ruangan diiringi tepuk tangan yang hangat dan meriah - adalah apakah memenangkan gelar Liga Champions ketiganya beberapa hari lalu meyakinkannya bahwa sekaranglah waktu yang tepat untuk pergi. Zidane tersenyum pahit, dan menjawab: “Mungkin. Mungkin, ya.”
Apa –dan Siapa- sesudah Ini bagi Real?
Sejumlah nama beredar sebagai pengganti potensial untuk Zidane. Kandidat yang paling digembar-gemborkan adalah Mauricio Pochettino.
Bos Tottenham Hotspur itu diyakini merupakan pilihan pertama Perez, yang mengaguminya sejak pelatih asal Argentina itu melatih Espanyol, klub yang memiliki hubungan baik dengan Real. Perez juga sangat terkesan dengan penampilan Spurs ketika keduanya saling berhadapan dalam Liga Champions musim ini.
Batu sandungannya, Pochettino baru saja menandatangani kontrak lima tahun baru dengan Spurs, dan ia mungkin enggan melompat begitu cepat setelah berkomitmen pada klub - meskipun ada rumor kontrak barunya mencantumkan klausul yang memungkinkannya pergi jika Madrid memanggil.
Calon lain adalah Antonio Conte yang disebut-sebut akan segera tersingkir dari Chelsea. Tetapi pelatih asal Italia yang penuh semangat di pinggir lapangan itu mungkin agak terlalu “liar” untuk Perez, yang lebih suka mempekerjakan orang yang lebih mudah dikendalikan - dan juga lebih suka pelatih dengan filosofi yang lebih menyerang.
Bos Jerman Joachim Loew juga banyak disebut, tetapi tampaknya tidak mungkin karena dia baru menandatangani kontrak empat tahun yang baru dan tidak menunjukkan tanda-tanda tidak bahagia dalam perannya saat ini. Perez bisa juga berbuat lain dengan mencoba untuk membajak langkah Chelsea dalam menarik mantan bos Napoli, Maurizio Sarri, atau bahkan berusaha untuk menarik kembali Jose Mourinho dari Manchester United.
Dan mungkin ada orang luar lain yang patut dipertimbangkan: seorang pelatih yang sangat dihormati dan dikagumi yang memiliki pengalaman luas di sepakbola tingkat tinggi dan baru-baru ini berstatus menganggur. Au revoir Zizou, Bonjour Arsene?
Apa Selanjutnya bagi Zidane?
Anehnya, meski menjadi pelatih pertama yang memenangkan tiga mahkota Liga Champions berturut-turut dari total sembilan trofi dalam dua setengah tahun, masih juga ada yang mempertanyakan kemampuan Zidane sebagai pelatih.
Banyak yang tidak menganggapnya pelatih brilian, melainkan sekadar mujur - pendapat yang terutama datang dari arah Barcelona. Dan kendati tidak ada penjelasan yang cukup baik untuk menjelaskan 'kemujuran' itu terkait pencapaiannya, banyak yang terus saja mempermasalahkan kualitas taktik sepakbola Zidane.
Dia mewarisi suatu tim elite dan tak ada satu pun pemain inti sepanjang tahun 2017 atau 2018 yang didatangkan oleh Zidane. Aset terbesarnya di Real adalah kemampuannya mengelola ego-ego besar di ruang ganti, menjaga sikap hormat para pemainnya, dan membuat semua orang menuju ke arah yang sama di sebuah lingkungan yang begitu ruwet.
Tapi semua itu tidak serta-merta berarti dia akan jadi pilihan utama klub-klub papan atas ketika posisi manajerial mereka lowong - terlepas dari bahwa saat ini Zidane tidak akan tertarik, setelah mengatakan saat jumpa pers bahwa dia tidak mencari klub baru dan musim depan ini ia tak tertarik untuk melatih.
Mempertimbangkan kualitasnya, dia mungkin akan paling cocok di manajemen internasional. Jadi jika Didier Deschamps tidak mendapatkan hasil maksimal dari kesebelasan Prancis yang penuh bakat itu di Piala Dunia musim panas ini, Zidane akan menjadi pilihan yang jelas untuk mengambil alih tim nasional Prancis.
Dan mempertimbangkan bentuk perpisahan yang sangat bersahabat yang tak biasa dengan Florentino Perez, jangan terlalu terkejut jika Zidane muncul lagi di Bernabeu di masa depan. Seperti yang ia nyatakan dalam konferensi persnya, perpisahan ini bisa jadi merupakan suatu salam “sampai ketemu lagi”, dan bukan “selamat tinggal”. (bbc.com)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...