Beras Tercemar Kadmium Teridentifikasi di China Selatan
HONG KONG, SATUHARAPAN.COM – Otoritas lokal China menyatakan sedang menyelidiki pabrik dan penggilingan beras di pusat Provinsi Hunan China setelah ditemukan kandungan kadmium, Selasa (21/5) lalu. Beras dari Provinsi Hunan ini disinyalir mengandung kadmium akibat daerah persawahannya yang berdekatan dengan daerah perluasan pabrik dan 'berdesakan' dengan industri dan pertambangan.
Hunan merupakan provinsi yang secara tradisional dikenal sebagai ladang ikan dan beras berkat hasil buminya yang melimpah, hasil berasnya pun banyak disalurkan ke provinsi lain di China. Tetapi ,Administrasi Obat dan Makanan Guangzhou (China Food and Drug Administration) pada tanggal 16 Mei lalu merilis temuannya, dari pengujian keamanan pangan yang dilakukan pada kuartal pertama di kota Guangzhou di Provinsi Guangdong China Selatan menunjukkan bahwa 44,4 persen beras dan produk beras mengandung jumlah kadmium berlebih.
Menanggapi analisis ini, masyarakat daerah Guangzhou marah terlebih setelah angka pencemaran diumumkan akhir pekan lalu di situs web instansi Guangzhou. Seorang pengguna Internet China pada layanan microblog populer, Tencent, menanggapi masalah itu dengan menulis: "Sekarang sebelum makan kita semua harus heran, pertama: Apakah beras ini telah terlalu banyak kadmium? Apakah sayuran tercemar pestisida? Jadi sekarang kita diharapkan berhenti memakan beras sama seperti berhenti merokok?"
Menurut otoritas Guangzhou,dalam sampel beras ditemukan kandungan 0,21 miligram kadmium hingga 0,4 miligram dalam setiap kilogramnya padahal Pemerintah Cina menolerir maksimal 0,2 mg kadmium dalam setiap kilogramnya.
Keamanan pangan menjadi perhatian khusus, karena berkembangnya industri turut mencemari tanah, air, dan udara. Menurut penelitian tahun 2011 di Universitas Pertanian Nanjing (Nanjing Agricultural University), sekitar 10% dari semua beras yang dijual di China mengadung kadmium yang diakibatkan hasil penggunaan limbah industri untuk mengairi persawahan, pembuangan limbah industri dan penggunaan pupuk berlebihan.
Otoritas di Guangzhou awalnya menolak menyebutkan nama produsen beras karena takut memicu reaksi lebih buruk tetapi akhirnya menyerah pada tekanan. Sebagian besar nama-nama pabrik diumumkan pada akhir pekan lalu, termasuk Pabrik Beras Daban (Daban Rice Factory), Pabrik Beras Xiasheng (Xiasheng Rice Factory), Penggilingan Rixing (Rixing Rice Mill) dan Penggilingan Dongyang (Dongyang Rice Mill).
Menurut Profesor Jonathan Wong, ahli biologi Hong Kong yang mempelajari pencemaran tanah, kadmium yang terkandung dalam butir beras berasal dari tanah yang sangat sangat tercemar tempat tanaman itu tumbuh.
Para ahli mengatakan menghilangkan kadmium dari tanah adalah proses mahal. Ini mungkin akan memerlukan pembibitan tanaman tertentu dalam jangka waktu yang lama untuk menghilangkan zat beracunnya. Logam ini tidak menurun sendiri, dan dapat melekat dalam tubuh manusia selama beberapa dasawarsa.
Kadmium sering ditemukan dalam bijih seng, dan digunakan dalam lapisan dan baterai ponsel, kamera dan komputer. Jika kadmium terlalu banyak menumpuk dalam tubuh, hati, ginjal dan saluran pernapasan menjadi rusak. Kadmium juga berkaitan dengan pelbagai kanker.
Di Jepang pada akhir 1960-an, pecah wabah itai-itai, atau penyakit "aduh, aduh", yang diketahui akibat dampak dari kandungan kadmium dalam makanan. Kadmium meracuni dan meremukkan tulang-tulang mereka.
Harian China menanggapi skandal beras Guangzhou dan menyarankan pada minggu ini untuk tidak hanya konsumsi makan nasi. Dengan begitu, tingkat risiko akibat konsumsi pangan yang tercemar dapat diperkecil.
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...