Kayla Mueller, Korban NIIS, Berbagi Iman dari Kubur
ARIZONA, SATUHARAPAN.COM – Orangtua Kayla Jean Mueller, setelah mengetahui anaknya dibunuh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ISIS/ISIL) mengungkapkan surat yang dikirim pekerja kemanusiaan itu, yang menyatakan keteguhan gadis 26 tahun itu dalam Kristus.
NIIS sebelumnya mengklaim bahwa serangan dari Yordania—untuk membalas kematian pilot mereka yang dibakar hidup-hidup—ikut menewaskan Mueller. Lulusan Northern Arizona University (NAU) itu diklaim terkubur dalam reruntuhan bangunan yang dibom pesawat Yordania. NIIS, akhir pekan mengirimkan foto jenazah Mueller untuk meyakinkan klaim mereka.
Orangtua Mueller, Carl dan Marsha Mueller, dan kakaknya, Eric, mengatakan, “Kami sangat berduka atas meninggalnya putri kami, tapi kami akan melanjutkan hidup kami dalam damai, bermartabat, dan penuh kasih seraya mengingatnya.”
Pada saat mengenang Mueller, Selasa (10/2), mereka juga membagikan petikan surat yang ia kirim dari tempat ia diculik.
“Saya telah ditunjukkan cahaya dalam kegelapan. Saya telah belajar, bahkan di penjara, orang bisa bebas. Saya bersyukur. Saya datang untuk melihat bahwa ada kebaikan dalam setiap situasi, kadang-kadang kita hanya perlu mencarinya,” kata pembela hak-hak Palestina itu dalam suratnya.
Kathleen Day, Kepala Departemen Pelayanan Kristen di NAU menceritakan betapa keluarga dan teman-teman diberi tahu bahwa saat ditahan, ia berusaha mengajar penangkapnya dengan berbagai kerajinan, termasuk origami. “Dia melakukan hal-hal biasa dalam ukuran yang luar biasa,” kata Day.
“Kayla bertindak melampaui usianya daripada banyak orang yang bisa dibayangkan dilakukan dalam hidup mereka,” kata Lori Lyon, salah satu bibi Kayla yang membaca pernyataan atas nama keluarga Mueller. “Pada usia muda, ia tahu panggilan hidupnya.”
“Kayla menyentuh jantung dunia. Dunia berduka dengan kami. Dunia berduka dengan kami,” kata Lyon.
Mueller adalah orang Amerika keempat yang dibunuh NIIS. Wartawan James Foley dan Steven Sotloff dipenggal kepalanya oleh kelompok itu pada Agustus dan September 2014. Pekerja Kemanusiaan Peter Kassig dibunuh oleh kelompok ini di November 2014.
Mueller ditangkap NIIS pada Agustus 2013, saat ia meninggalkan rumah sakit yang dijalankan Médecins Sans Frontières (Dokter Tanpa Batas) di Aleppo.
Dalam suratnya, yang menurut keluarganya ditulis pada musim semi 2014, Mueller mengatakan ia telah “diperlakukan dengan hormat dan baik”, menambahkan bahwa ia ditahan di lokasi yang aman, “tanpa luka dan sehat”.
Surat itu dibawa ke keluarga Mueller oleh teman selnya, yang katanya telah dibebaskan “pada 2 November 2014”.
Dalam surat itu, Mueller meminta orangtuanya tidak merepotkan diri melakukan negosiasi untuk pembebasannya.
“Saya tidak ingin negosiasi untuk pembebasan saya membebani ayah dan ibu jika ada pilihan lain. Bahkan jika pilihan itu membutuhkan waktu lebih lama. Saya telah meminta teman-teman saya—si pembawa surat—untuk mendukung ayah dan ibu. Silakan bertanya kepada mereka.”
Kepada keluarganya, ia menyatakan bahwa satu-satunya penderitaan yang ia rasakan selama ditahan adalah “mengetahui banyak penderitaan yang saya timpakan kepada ayah dan ibu. Untuk itu saya minta maaf”.
Mueller, gadis Prescott, Arizona, telah melakukan perjalanan ke perbatasan Turki-Suriah pada Desember 2012 untuk bekerja dengan kelompok-kelompok yang memberikan dukungan kepada pengungsi Suriah, kata keluarganya. Mueller tertarik untuk membantu pengungsi setelah belajar lebih banyak tentang situasi di Suriah yang dilanda perang.
Ketika ditanya media lokal, Prescott Daily Courier apa yang membuat dia masuk misinya, Mueller mengatakan “Saya menemukan Allah dalam penderitaan orang-orang. Saya merasa jika ini adalah cara Allah mengungkapkan diri kepada saya, ini adalah cara saya selamanya akan mencari Allah.”
Mueller mengatakan selama ditahan, dia dihiburkan dalam iman Kristen, menulis: “Saya ingat ibu selalu mengatakan bahwa semuanya yang berharga adalah memiliki Allah. Saya telah datang ke tempat saya harus menyerahkan diri ke Pencipta kita. Tidak ada hal lain yang lebih berharga. Oleh Allah dan oleh doamu, Ibu, saya dihibur.”
Ia sebelumnya telah menghabiskan empat tahun bekerja untuk berbagai kelompok bantuan di India utara, Israel, dan wilayah Palestina.
“Kami sangat bangga dengan Kayla dan karya-karyanya,” kata keluarganya. “Dia menghayati tujuan hidupnya. Dan, kami akan bekerja setiap hari untuk menghormati warisannya.”
“Kami juga berduka untuk keluarga para tawanan lain yang tidak berhasil pulang dengan selamat dan mereka tetap berada dalam pikiran dan doa-doa kami. Kami berdoa untuk resolusi damai dari konflik di Suriah.”
Menteri Luar Negeri John Kerry mengatakan AS “tak tergoyahkan” dalam tekad untuk mengalahkan NIIS, kelompok yang ia sebut “menghina dunia yang beradab.”
Senator Arizona John McCain, yang mewakili negara bagian asal Mueller, mengatakan, “Pikiran dan doa dari orang-orang dari Arizona, AS, dan dunia yang beradab adalah dengan keluarga Mueller pada jam yang mengerikan ini.”
Dalam pernyataannya, Obama mengatakan, “ISIL adalah kelompok teroris kebencian dan menjijikkan yang tindakannya kontras semangat orang-orang seperti Kayla.” Dia mengatakan, “Tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, AS akan mencari dan mengadili para teroris yang bertanggung jawab untuk penangkapan dan kematian Kayla.” (abcnews.com/nytimes.com/csmonitor.com/guardian.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...