Menlu Inggris Peringatkan Ancaman Otonomi Hong Kong
HONG KONG, SATUHARAPAN.COM – Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond, memperingatkan adanya ancaman terhadap otonomi Hong Kong, karena berkembangnya kekhawatiran cengkeraman Tiongkok yang makin ketat.
Dia mengatakan hari Jumat (8/4) dalam kunjungan ke Hong Kong. Ini adalah kunjungan pertama oleh seorang menteri luar negeri Inggris selama lima tahun. Dia datang di tengah isu di mana sekelompok penjual buku Hong Kong yang hilang di Tiongkok.
Salah satu penjual buku itu adalah warga Inggris, Lee Bo, yang kasusnya menyebabkan protes terbesar karena dia adalah satu-satunya untuk menghilang dari Hong Kong. Kasus ini mendorong tuduhan bahwa agen penegak hukum Tiongkok yang beroperasi di kota semi-otonom itu menilai ilegal menurut konstitusi.
"Kami percaya bahwa dia telah dibawa secara paksaan ke daratan ... sekarang perhatian utama kami adalah dia kembali ke Hong Kong bebas dari paksaan apapun dan dapat melanjutkan hidupnya di sini tanpa kendala atau pemaksaan pada dia," kata Hammond di konsulat Inggris, seperti dikutip AFP.
Hammond mengatakan dia akan mengangkat isu itu dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, dalam pertemuan hari Sabtu (9/4) di Beijing. "Ada orang-orang dalam komunitas bisnis yang terperanjat dengan kejadian ini, dan kita perlu semua orang menegaskan ini tidak akan terjadi lagi," katanya.
Dalam pertemuan dengan pemimpin Hong Kong, Leung Chun-ying, dan Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris (FCO), dia mengatakan bahwa akan menyatakan kembali "dukungan kuat bagi otonomi Hong Kong, hak dan kebebasan", serta komitmen terhadap deklarasi bersama Sino-British yang melindungi kebebasan di Hong Kong.
Kota ini telah menjadi semi-otonom setelah diserahkan kembali ke Tiongkok oleh Inggris pada tahun 1997 di bawah perjanjian yang melindungi kebebasan untuk 50 tahun. Namun, ada kekhawatiran kebebasan mereka akan hilang.
Penjual Buku Bilang
Lima penjual buku yang bekerja untuk penerbit Hong Kong terkenal yang mengkritisai politisi tinggi Tiongkok. Mereka hilang pada akhir tahun lalu.
Empat berada di bawah investigasi kriminal di daratan, dan yang kelima, Lee Bo, warga Inggris, mengatakan dia "membantu" penyelidikan dan datang kembali ke Hong Kong baru-baru ini, bersikeras dia adalah orang bebas.
Inggris telah menyuarakan kemarahan untuk Lee, dan mengatakan yakin bahwa dia "tanpa sadar dibawa ke daratan" dari Hong Kong dalam apa yang disebut "pelanggaran serius" dari perjanjian serah terima wilayah itu.
Tiongkok sendiri mengkritik Inggris atas campur tangan dalam urusan dalam negerinya. Sementara itu, empat orang lainnya menghilang dari Thailand dan Tiongkok daratan.
Kegagalan Reformasi Politik
FCO menambahkan bahwa Hammond juga akan "menggarisbawahi pentingnya Satu Negara, Dua Sistem dan memulai reformasi politik" dalam pertemuannya dengan Leung hari Jumat.
Proses reformasi politik terhenti sejak protes pro-demokrasi massa digelar pada tahun 2014 namun gagal memenangkan konsesi dari pihak berwenang Hong Kong dan Beijing.
Demonstrasi itu menyerukan pemilihan kepemimpinan sepenuhnya bebas, setelah pemerintah memperkenalkan paket reformasi yang oleh aktivis demonstrasi diejek sebagai palsu karena memungkinkan Beijing untuk mengajukan calon. Paket itu akhirnya ditolak di parlemen dan perdebatan reformasi sekarang dibekukan.
Kunjungan Hammond adalah bagian dari tur di Asia timur, menjelang pertemuan menteri luar negeri G7 di Jepang yang dimulai Minggu (10/4).
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...