Paus Fransiskus: Rekrutmen Militer Anak Harus Diakhiri
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM – Dalam video doa terbarunya, Paus Fransìskus berfokus pada mengakhiri fenomena anak yang menjadi tentara, yang ia sebut sebagai perbudakan.
Menurut Catholic News Agency, hari Jumat (2/12), dalam video yang dirilis hari Kamis (1/12) tersebut menunjukkan seorang prajurit mengenakan seragam lengkap dengan sepatu, senjata dan amunisi muncul dari dalam kegelapan. Ketika wajah prajurit ditampilkan, ternyata menampilkan wajah anak kecil namun bagian bawah wajahnya ditutupi oleh bandana.
"Di dunia yang telah mengembangkan teknologi yang paling canggih ini, senjata yang dijual itu berakhir di tangan anak-anak yang menjadi tentara,” kata Paus Fransiskus dalam video tersebut.
Adegan berganti dengan menunjukkan anak-anak berjalan dan bermain di bawah sinar matahari, sementara Paus mengimbau semua pemirsa video tersebut agar melakukan segala kemungkinan sehingga martabat anak-anak dapat dihormati, dan mengakhiri bentuk perbudakan.
“Siapa pun Anda, jika Anda seperti saya, saya meminta Anda untuk bergabung dengan saya dalam niat doa ini bahwa fenomena anak yang ikut dalam militer dapat dihilangkan di seluruh dunia," kata Paus Fransiskus.
Dalam catatan Catholic News Agency, perekrutan anak ke dalam kancah militer merupakan masalah sebagian besar di Afrika, serta beberapa negara di Timur Tengah dan Asia. Sudan Selatan adalah di antara yang terburuk di dunia dengan fenomena tersebut, karena dalam catatan Catholic News Agency setidaknya terdapat 16.000 anak yang terpaksa masuk militer sejak konflik di negara itu mengalami ekskalasi peningkatan pada bulan Desember tahun 2013.
Laporan Keuskupan Sudan Selatan
Uskup Agung Sudan Selatan, Paulino Luduku Loro saat berada di Roma dan melakukan pertemuan dengan Paus Fransìskus pada bulan Oktober. Dia mengatakan bahwa Paus Fransiskus memberi perhatian utama bagi kondisi psikologis anak-anak yang mengikuti militer terutama dalam usia transisi menjelang remaja atau dewasa, anak-anak tersebut sangat disayangkan sudah akrab dengan kekerasan.
Paulino Luduku Loro menambahkan banyak tentara yang direkrut oleh pemerintah tidak ingin bertarung di medan perang, pemerintah terpaksa menggunakan pejuang yang berusia muda untuk melakukan tugas militer.
Dia mengatakan anak-anak yang menjadi militer sesungguhnya tidak hanya sendiri dalam melawan pemerintah, karena solusi sesungguhnya yang dibutuhkan fenomena tersebut adalah menghentikan pertempuran dan membicarakan perdamaian.
”Inilah yang harus kita kerjakan bersama-sama,” kata dia. (catholicnewsagency.com)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Uji Coba Rudal Jarak Jauh Korea Utara Tanda Peningkatan Pote...
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Korea Utara menguji coba rudal balistik antar benua (ICBM) untuk pertama kali...