Presiden Obama Dikira Pelayan dan Disuruh Ambilkan Kopi
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama, dalam sebuah wawancara eksklusif dengan majalah People, yang ditayangkan pada edisi yang akan beredar hari Jumat ini, membeberkan sejumlah pengalaman mereka diperlakukan diskriminatif sebagai pasangan kulit hitam di Amerika Serikat.
Dalam wawancara yang diberi judul The Obamas: How We Deal with Our Won Racist Experience, Michelle Obama bercerita suatu kali mereka menghadiri jamuan makan malam dan Obama yang kala itu memakai tuksedo hitam dikira pelayan lalu diminta oleh seorang undangan lainnya untuk mengambilkan kopi. Tidak dijelaskan kapan peristiwa itu terjadi tetapi kelihatannya sebelum Obama jadi presiden.
Kala lain, Obama juga pernah disangka sebagai valet atau tukang parkir, dan seseorang memintanya untuk mengambilkan mobilnya dari tempat parkir seraya menyerahkan kunci.
Menanggapi hal itu, Presiden Obama yang turut diwawancarai bersama Michelle, mengatakan pengalaman-pengalaman yang dihadapinya itu tidak seberapa bila dibanding dengan para pendahulu mereka.
"Iritasi kecil atau penghinaan yang kami alami belum apa-apa dibanding yang dialami generasi sebelumnya," kata dia dalam wawancara yang berlangsung 10 Desember lalu itu. Yang justru mengkhawatirkannya adalah penginaan yang lebih parah yang masih dialami oleh generasi yang lebih muda.
"Disangka sebagai pelayan pada sebuah acara gala dinner adalah satu hal bagi saya. Tapi lain cerita lagi bila anak saya secara salah disangka sebagai perampok dan diborgol (hanya karena) ketika dia melintas di jalan berpakaian layaknya sebagai remaja," kata Obama.
Ini mengingatkan orang pada kejadian beberapa waktu lalu, ketika staf senior anggota kongres faksi Partai Republik, AS, Elizabeth Lauten, mengkritik cara berpakaian putri Presiden AS Barack Obama di media sosial.
Melalui akun Facebook-nya, Lauten mengkritik penampilan kedua putri Obama, Sasha (13), dan Malia (16), dalam pesta makan yang dihadiri Obama dan istrinya, yang menurutnya berpakaian seperti di bar.
Akibat komentar pedasnya tersebut, Lauten dikecam oleh banyak pihak, sehingga ia menyatakan akan mengundurkan diri.
Di bagian lain wawancara tersebut, Michelle Obama bercerita tentang seringnya ia diperlakukan sebagai mana layaknya anggota masyarakat biasa, bukan sebagai Ibu Negara. Dan ia menganggap hal itu sesuatu yang wajar.
"Saya mau cerita begini -- Maksud saya, sebagai Ibu Negara --dalam sebuah kunjungan ke pusat perbelanjaan Target yang cukup banyak diberitakan dan tidak disembunyikan, satu-satunya orang yang mendekati dan menyapa saya adalah seorang perempuan yang meminta tolong kepada saya untuk mengambilkan sesuatu dari rak. Itu terjadi karena dia tidak melihat saya sebagai seorang Ibu Negara tetapi seseorang yang dapat membantu dia. Dan hal-hal semacam ini terjadi dalam kehidupan. Jadi itu bukan hal yang baru."
Menurut People, dalam wawancara sepanjang 30 menit tersebut, Barack Obama dan istrinya secara terbuka dan akrab bercerita tentang pengalaman-pengalaman mereka di tengah merebaknya pembicaraan secara meluas tentang pembeda-bedaan rasial di AS yang dipicu oleh kematian Michael Brown di Ferguson, Missouri, dan Eric Garner di Staten Island, New York.
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...