Loading...
DUNIA
Penulis: Bayu Probo 09:35 WIB | Selasa, 17 September 2013

13 tewas Akibat Penembakan di Markas Operasi AL AS.

13 tewas Akibat Penembakan di Markas Operasi AL AS.
Belum terlalu jelas jumlah pelaku penembakan. (Foto-foto: washingtonpost.com)
13 tewas Akibat Penembakan di Markas Operasi AL AS.
Polisi berlari menghindari tembakan.
13 tewas Akibat Penembakan di Markas Operasi AL AS.
Helikopter ambulans menyelamatkan korban luka.
13 tewas Akibat Penembakan di Markas Operasi AL AS.
Para pegawai keluar dari gedung dengan tangan terangkat ke atas.

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Sedikitnya 13 orang tewas dan beberapa lainnya terluka setelah seorang laki-laki bersenjata melepaskan tembakan di Washington Navy Yard, Markas Operasi Angkatan Laut (AL ) Amerika Serikat (AS) Senin (16/9) pagi waktu setempat, kata polisi. Akibatnya, tersebar ketakutan dan kekacauan di seluruh wilayah saat pihak berwenang berusaha mengatasi masalah.

Insiden  ini— jumlah korban tewas terus bertambah hampir setiap jam—adalah kejadian terburuk di distrik ini sejak pesawat terbang jatuh ke Sungai Potomac pada 1982 dan menewaskan 78 orang.

Kepala Polisi Washington DC, Cathy Lanier L., dan Walikota Vincent C. Gray mengumumkan jumlah korban dalam serangkaian konferensi pers. Tersangka penembak, diidentifikasi oleh FBI sebagai Aaron Alexis, 34, yang tinggal di Fort Worth, adalah di antara 13 orang yang tewas. Alexis adalah kontraktor militer, kata seorang pejabat.

Namun, bahkan setelah beberapa jam setelah kejadian, masih belum jelas apakah penembakan itu adalah tindakan tunggal atau ada penembak lain terlibat. Lanier awalnya mengatakan pihak berwenang sedang mencari dua tersangka lain yang mengenakan pakaian ala militer. Namun, tak lama setelah dia mengumumkan penjelasan terperinci tentang dua tersangka itu, pejabat kota mengatakan salah satu sudah ditemukan dan sudah diamankan.

Gray mengatakan belum tahu motif penembak. Dia mengatakan tidak ada alasan untuk percaya itu adalah tindakan terorisme, meskipun ia menambahkan bahwa ia tidak bisa menyingkirkan kemungkinan itu. Gray mengatakan bahwa selain mereka yang tewas, belasan orang terluka. Namun,  tidak jelas apakah mereka ditembak atau menderita cedera lain, katanya.

Lanier menggambarkan kemungkinan tersangka lain—yang belum ditemukan—sebagai laki-laki kulit hitam berusia 40 tahun dengan cambang abu-abu, mengenakan seragam ala militer warna hijau lumut. Dia, dan orang yang dibersihkan, dicurigai ketika mereka terlihat di kamera CCTV.

Alexis bersenjata senapan serbu dan pistol, kata dua pejabat penegak hukum. Satu mengatakan ia juga memiliki senapan laras panjang. Seorang pejabat mengatakan semua senjata belum dipertanggungjawabkan.

Aaron Alexis Veteran Frustrasi

Alexis dibesarkan di Brooklyn dengan ibunya, Sarah, dan ayah, Anthony Alexis, berdasar info dari Helen Weeks, bibinya.

“Kami tidak melihatnya selama bertahun-tahun,” kata Weeks tentang keponakannya dalam wawancara telepon.” Aku tahu dia bertugas di militer. Ia dinas di luar negeri. Saya mengira ia bekerja berkaitan dengan komputer.”

Alexis menghabiskan hampir empat tahun di AL sebagai cadangan penuh waktu dari Mei 2007 sampai ia diberhentikan pada Januari 2011. Ini adalah catatan personel yang dirilis pejabat AL di Pentagon.

Pihak berwenang mengatakan mereka masih meneliti apakah Alexis telah bekerja sebagai kontraktor pertahanan atau karyawan sipil AL, dan apakah ia ditugaskan untuk bekerja di Navy Yard.

Pangkat terakhirnya, Aviation Electrician Mate Kelas 3 (kelasi kapal bidang listrik) ia capai pada Desember 2009. Para pejabat mengatakan mereka tidak segera tahu alasan pemecatannya.

Kronologi

Pembantaian dimulai sekitar 08.00 (20.00 WIB), menurut pihak  AL AS awalnya terdengar tiga tembakan di Gedung 197, lokasi Markas Besar Komando Sistem Samudra AL. Sekitar 3.000 orang bekerja di gedung itu. Beberapa orang mengira suara itu adalah bagian dari pekerjaan konstruksi, tetapi ternyata seorang laki-laki bersenjata tengah menembaki mereka.

Rick Mason, seorang analis program manajemen yang adalah warga sipil yang bekerja dengan AL AS, mengatakan kepada Associated Press bahwa seorang laki-laki bersenjata menembak dari lantai empat lewat di lorong di luar kantornya. Dia mengatakan laki-laki bersenjata itu menuju kerumunan orang di kantin yang terletak di bangunan lantai pertama.

Terry Durham mengatakan bahwa saat  ia dan rekan kerjanya menyelamatkan dir, ia melihat laki-laki menyusuri lorong mengangkat senapan dan api ke arah mereka lalu memukul dinding. “Ia tidak mengatakan apa pun,” kata rekan kerja Durham, Todd Brundage.

Seorang laki-laki yang mengaku tengah bekerja di lantai dua ketika penembakan mulai ingat mendengar suara keras “seperti seseorang menjatuhkan meja logam tua.” Orang yang menolak menyebutkan namanya ini, mengatakan sempat ada jeda, lalu beberapa suara berisik terdengar mendekat dan ia menyadari ada bahaya, “Ada penembak di gedung. Aku mulai berjalan ke arah pintu dan aku mendengar orang-orang berlarian menyusuri lorong.”

Karyawan menggambarkan kekacauan, saat alarm kebakaran berbunyi dan orang-orang berteriak, “Di mana dia? Di mana dia?”

Gregory Dade, kontraktor AL, mengatakan bahwa ia dan rekan kerja mengunci diri di kantor lantai dua Gedung 197 begitu penembakan terjadi hingga berhenti. Dade menyebut masa-masa itu “menakutkan.” Dia mendengar perempuan menjerit, kaca pecah, dan serangkaian tembakan. Kemudian ia mendengar teriakan, “Turun! Turun! Ini polisi.” Akhirnya, sekitar pukul 11.00, ia dan rekan kerja bisa keluar gedung. Di pintu keluar, mereka melihat jejak darah mengalir ke gedung sebelah.

Tim Jirus, seorang komandan AL yang bekerja di Gedung 197, mengatakan bahwa saat ia mengevakuasi isi gedung ia melihat rekan kerja yang telah ditembak masuk ke mobil polisi, dan mendengar lebih banyak tembakan dari dalam tempat kerjanya.

Sebuah pemandangan yang jauh lebih buruk ada di depannya. Jirus pergi ke gang yang ia pikir akan aman. Dan ia berbicara sebentar dengan laki-laki di gang itu tentang apa yang sedang terjadi. Lalu,  Jirus mengatakan ia mendengar dua tembakan, keras bergema dari gedung. Lalu, ia berputar untuk mencari sumber suara tersebut. Tapi ketika ia kembali, ia menunduk dan melihat laki-laki yang mengobrol dengannya telah berbaring di tanah, ditembak di kepala. Tidak diketahui arah penembak melarikan diri.

“Saya hanya beruntung,” katanya. “Ia lebih pendek dari saya. Ada dua tembakan, ia berhasil menembaknya. Namun, tembakan ke arah saya, meleset. Ini tembakan acak. Orang yang berdiri di samping saya, tertembak.”

Para Korban Luka

Setidaknya dua polisi termasuk di antara yang tertembak. Polisi di tempat kejadian mengatakan seorang polisi Washington DC yang ditembak dua kali di kaki, dievakuasi ke rumah sakit. Lanier mengatakan ia berada dalam kondisi stabil setelah terlibat penembak dengan tembakan. Yang lainnya adalah perwira pertama. Polisi DC, dalam keadaan sadar dirawat di MedStar Washington Hospital Center dan punya peluang untuk bertahan hidup, kata pejabat rumah sakit.

Janis Orlowski, para kepala medis di Rumah Sakit Pusat Washington, mengatakan tiga korban dibawa ke RS Pusat, semua dalam kondisi kritis, namun sadar, responsif dan mampu berbicara dengan dokter. Para korban juga mampu berbicara singkat kepada penegak hukum sebelum menjalani pembedahan atau pengobatan, katanya.

Dua korban lainnya di rumah sakit adalah warga sipil perempuan, Orlowski mengatakan pada konferensi pers. Semua punya kemungkinan bertahan hidup.

Dampak dari insiden tersebut bergelombang melintasi kota, memaksa sekolah, kantor, dan rumah ditutup.

Gedung Senat di Capitol Hill ditutup hingga pukul tiga sore. Tidak ada yang diizinkan untuk masuk atau meninggalkan gedung, meski menjelang akhir hari dibuka untuk memungkinkan staf pulang.

Gedung Olahraga Nationals, yang dekat Navy Yard, menunda pertandingan Senin malam. Sebaliknya, mereka akan memainkan pertandingan dua kali Selasa pukul 13.00 dan 19.00

Sepuluh sekolah negeri dan swasta dan gedung administrasi sekolah umum di Distrik melanjutkan terus ditutup. Dan, penerbangan dari Bandar Udara Nasional Reagan sempat sebentar berhenti, menyebabkan penundaan bahkan setelah mereka mulai berangkat lagi.

Laksamana Jonathan Greenert W, kepala Operasi AL, dievakuasi dari kediamannya di kompleks Navy Yard begitu mendapat laporan pertama tembakan, kata para pejabat AL.

Greenert, laksamana bintang empat dan anggota Kepala Staf Gabungan, diungsikan ke Pentagon bersama dengan istrinya, Darleen, kata Kolonel Ryan Perry, juru bicara AL.

Polisi menutup Jalan 11th Bridge serta Jalan M SE antara jalan kedua dan keempat karena penembakan. Pintu masuk ke Stasiun Metro Navy Yard tetap terbuka.

Walau helikopter berputar di atas dan kendaraan darurat terus bergegas ke tempat kejadian, kerumunan penonton terus berkumpul di trotoar dan di lokasi konstruksi di dekat Navy Yard. Namun, polisi meminta mereka mundur, menjaga jarak dari kawasan steril.

Simpati Presiden Obama

Presiden Obama pada Senin malam menyampaikan simpati bagi korban penembakan dan mengatakan keadilan harus ditegakkan.

“Saya sudah menegaskan kepada tim saya bahwa kami ingin penyelidikan lancar dan pemerintah lokal dan federal bekerja sama,” katanya.

Seiring hari berakhir, personel AL yang kelelahan dan tertegun menunggu masuk ke Capitol Hill dibagi berdasarkan seragam cokelat mereka, seragam kamuflase biru, dan pakaian sipil. Banyak dari mereka berbisik, hanya ingin pulang setelah menghabiskan hari berjalan atau bersembunyi, dan kemudian menunggu.

Tom Dick-Peddie, 46, sedang bekerja di bangunan lain di Navy Yard dan mengatakan mereka berada bersembunyi sekitar satu jam setengah, kemudian mereka dievakuasi ke gedung lain. Tak lama setelah pukul 15.00 mereka diizinkan untuk pulang.

Kate O'Neill dari Arlington dan Stephanie Cates-Harman dari Columbia, yang bekerja di kantor lembaga bantuan hukum umum, menurut kantor mereka, mereka diminta berlindung sampai pukul 02.00. Beberapa orang sangat marah dan yang lain tenang, berusaha menghubungi kerabat untuk meyakinkan mereka bahwa mereka baik-baik saja. “Pesan-pesan cepat dan berisi kemarahan,” kata O'Neill. (washingtonpost.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home