14 Peraih Nobel Desak Zuma Berikan Visa Bagi Dalai Lama
JOHANNESBURG, SATUHARAPAN.COM - Empatbelas tokoh peraih Nobel Perdamaian meminta Presiden Jacob Zuma untuk memberikan visa bagi Dalai Lama mengunjungi Afrika Selatan, setelah pemimpin spiritual Tibet itu terpaksa membatalkan kunjungannya ke negara tersebut.
Dalai Lama akan menghadiri pertemuan puncak para peraih Nobel Perdamaian di Cape Town pada Oktober, pertemuan yang untuk pertama kalinya digelar di Afrika.
Namun, menurut salah satu pembantunya, ia membatalkan kunjungan itu setelah Pretoria menolak memberikan visa dengan alasan untuk menghindari kemarahan Tiongkok yang menganggap biksu Buddha tersebut sebagai penggerak kampanye kemerdekaan Tibet.
"Kami sangat prihatin mengenai rusaknya citra Afrika Selatan yang akan terjadi dengan penolakan -atau kegagalan- untuk memberinya visa," kata kelompok tersebut dalam suratnya yang ditujukan kepada Zuma.
Diantara tokoh yang menandatangani surat tersebut adalah Lech Walesa dari Polandia, pengusaha Bangladesh Muhammad Yunus, pengacara Iran Shirin Ebadi, pegiat Liberia Lyemah Gbowee, serta tokoh perdamaian Irlandia Utara David Trimble dan John Hume.
Dalai Lama dalam lima tahun terakhir sudah tiga kali mengajukan izin untuk berkunjung ke Bangsa Pelangi tempat asal Nelson Mandela itu.
Setiap kali itu pula pemerintah sengaja berlama-lama mengurusnya sehingga rencana perjalanan itu akhirnya dibatalkan.
Namun setiap aksi penolakan itu juga selalu menimbulkan kemarahan warga Afsel yang melihatnya sebagai pengkhianatan terhadap komitmen pemerintah mereka terhadap hak asasi manusia yang diberikan sejak berakhirnya era apartheid 20 tahun lalu.
Dua tahun lalu, pengadilan tinggi Afsel menyatakan bahwa pemerintah telah bertindak melanggar hukum dengan sengaja berlama-lama mengurus aplikasi visa bagi pemimpin Tibet itu sampai akhirnya semua menjadi terlambat.
Tiongkok --partner dagang terbesar Afsel dengan perdagangan bilateral bernilai 21 miliar dolar AS pada 2012-- selalu menggunakan pengaruh politik dan ekonominya untuk menekan pemerintah di seluruh dunia membatasi kontak dengan Dalai Lama.
"Kami memahami sensitifitasnya --namun ingin menekankan bahwa Dalai Lama tidak lagi memegang kedudukan politik apapun," demikian pernyataan tersebut.
Mereka bersikeras bahwa Dalai Lama "akan berpartisipasi dalam pertemuan puncak hanya dalam kapasitasnya sebagai pemimpin spiritual yang sangat dihormati dunia."
Pertemuan puncak di Cape Town pada 13-15 Oktober itu didukung oleh yayasan-yayasan yang mewakili empay peraih Nobel Perdamaian asal Afrika Selatan yaitu Tutu, Nelson Mandela, FW de Klerk, dan Albert Luthuli.
Selain penerima Nobel dari Afsel yang masih hidup --Tutu dan de Klerk-- pihak penyelenggara mengatakan 13 tokoh dan delapan organisasi telah mengkonfirmasikan kehadiran mereka, termasuk mantan presiden Soviet Mikhail Gorbachev.
Pertemuan-pertemuan puncak sebelumnya digelar di berbagai kota termasuk Roma, Paris, Chicago, dan Warsawa.
Dalai lama sebelumnya dilarang masuk Afrika Selatan pada 2011 saat ia diundang untuk memberikan kuliah dalam rangka ulang tahun ke-80 pegiat anti-apartheid Tutu.
Saat itu, Tutu menggambarkan pemerintahan Kongres Nasional Afrika yang dipimpin Presiden Jacob Zuma sebagai "lebih buruk dari pemerintahan apartheid."
Dalai Lama juga ditolak permohonan visanya pada 2009, namun sebelum itu sempat tiga kali mengunjungi negara tersebut dan diterima secara pribadi oleh mantan presiden Mandela. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...