PM Australia Tony Abbott Blusukan Seminggu ke Daerah Adat
CANBERRA, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri (PM) Australia, Tony Abbott mengunjungi komunitas adat terpencil di Northern Territory sepekan. Di sana tetap melakukan pekerjaannya.
Kunjungannya tersebut dilaksanakan sehari setelah ia memerintahkan tentara Australia untuk memerangi Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS), pada Minggu (14/9). Abbott mengumumkan pengerahan 600 tentara Australia ke Arab Saudi menjelang adanya kemungkinan operasi tempur terhadap militan NIIS di Irak.
Akhir pekan lalu, Australia juga pertama kalinya selama lebih dari satu dekade, menaikkan level “tinggi” untuk ancaman terorisme, lantaran khawatir pada keamanan dalam negeri akan adanya konflik akibat pengaruh NIIS.
Abbott tiba di Arnhem Land pada Minggu, dalam rangka menepati janji kampanye-nya untuk menghabiskan satu pekan setiap tahun di daerah adat. Ia mengatakan ingin mendengar langsung dari orang-orang lokal tentang kebutuhan masyarakat di sana.
Abbott memastikan dirinya akan tetap berada dalam jangkauan dengan Canberra (pemerintahan pusat, Red). “Tentu saja, jika ada perkembangan baru yang signifikan, saya akan bergerak jika itu memang dibutuhkan,” tegasnya.
Jadwal Referendum
Perdana menteri yang terpilih sejak 18 September 2013 itu tinggal di sebuah tenda–dekat situs suci bagi masyarakat setempat–dekat Nhulunbuy di ujung utara-timur dari Northern Territory. Begitu tiba, ia diberi sambutan secara tradisional.
Pada Senin pagi, Abbott mengunjungi sebuah kilang gergaji yang dioperasikan orang pribumi dan juga mengunjungi lokasi yang rencananya akan menjadi tambang bauksit baru.
Abbott menggambarkan kunjungan itu sebagai kesempatan untuk memahami kebutuhan orang-orang yang tinggal di sana dan yang bekerja di daerah-daerah sekitarnya.
Dalam referendum, para pemimpin adat setempat mengatakan mereka sedang fokus mencari upaya baru agar adanya pengakuan secara konstitusional terhadap masyarakat adat di Australia.
Tahun lalu, parlemen meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang pengakuan orang-orang Aborigin dan Torres Strait Islander sebagai penduduk pertama negara itu. Akan tetapi pada kenyataannya, dalam Undang-Undang justru tidak menyebutkan mereka.
“Saya pikir kita semua mendukung apa yang diharapkan oleh orang-orang Aborigin. Yang penting sekarang adalah kita bisa melakukannya dengan benar daripada harus terburu-buru, karena hal terakhir yang kita harapkan adalah dilakukannya rencana yang sebelumnya telah gagal,” kata Abbott.
Tingginya tingkat pengangguran di wilayah adat juga akan menjadi agenda dalam kunjungan tersebut. Penduduk asli yang hanya sekitar dua persen dari populasi Australia, merupakan kelompok yang paling dirugikan negara.
Mereka memiliki tingkat kematian bayi yang lebih tinggi, penyalahgunaan narkoba dan alkohol, serta pengangguran. Abbott dijadwalkan akan tetap di Northern Territory hingga Jumat pekan ini. (bbc.com)
Editor : Bayu Probo
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...