2014 Jadi Tahun Paling Berdarah Bagi Jurnalis di Palestina
GAZA, SATUHARAPAN.COM – Tahun lalu merupakan tahun paling mematikan bagi jurnalis yang bekerja di Palestina, ungkap pengawas yang berbasis di Gaza pada Kamis (15/1), beberapa bulan setelah perang berdarah di daerah kantong yang dikepung.
“2014 adalah tahun paling gelap bagi kebebasan pers di Palestina dan itu adalah tahun terburuk dan paling berdarah,” ungkap Gaza Centre for Press Freedom dalam laporan tahunannya.
Laporan tersebut menuduh Israel melakukan 295 “pelanggaran kebebasan pers” di seluruh wilayah Palestina yang dikuasai.
Pelanggaran tersebut menyebabkan kematian 17 jurnalis saat perang Gaza selama 50 hari pada Juli hingga Agustus, termasuk seorang fotografer Italia yang bekerja untuk Associated Press.
Israel juga menangkap atau menahan sejumlah jurnalis yang tak disebutkan, membatasi kebebasan pergerakan pekerja media lokal yang ingin meninggalkan Jalur Gaza yang diblokade, dan menghancurkan sebagian atau seluruh 19 bangunan yang menjadi tempat operasi editorial dalam serangannya di Palestina selama konflik tersebut.
Konflik antara Israel dan militan Hamas di Gaza, rumah bagi 1,8 juta orang, menewaskan hampir 2.200 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, dan 73 orang di pihak Israel, sebagian besar tentara. (AFP)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...