2016, UE Masih Hadapi Tantangan Migran
BRATISLAVA, SATUHARAPAN.COM – Kementerian Dalam Negeri Slovakia memprediksi banyak negara di Eropa dan organisasi Uni Eropa pada 2016 masih menghadapi tantangan besar yakni menghadapi migran dan akulturasi budaya.
“Sekarang yang penting adalah untuk mengendalikan migrasi. Itu sebabnya bahkan satuan polisi kami akan membantu di perbatasan Yunani,” kata Menteri Dalam Negeri Slovakia, Robert Kalinak, di Bratislava, ibu kota Slovakia, hari Minggu (27/12).
Menurut Kalinak, Uni Eropa akan membahas tantangan lain, yakni akan melakukan pembicaraan tentang undang-undang manajemen Migrasi di Eropa yang baru dan isu-isu politik terkini. Terutama untuk Slovakia yang akan mencari kompromi antara negara-negara anggota mengenai kebijakan Eropa.
"Pertahanan dan masalah keamanan internal akan cukup penting. Karena saat ini buat kami penting menghasilkan keputusan yang juga baik bagi warga negara kami, namun juga baik bagi migran,” kata Kalinak.
Beberapa hari lalu Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) merilis catatan angka untuk kedatangan para migran di Uni Eropa pada 2016. Para pengungsi datang di enam negara Eropa sejak 1 Januari, dan sebagian besar (821.008 orang) mendarat di Yunani.
IOM memerinci selama 2015 sebanyak 3.692 migran meninggal atau hilang ketika melintasi laut.
Dalam kesempatan terpisah, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), António Guterres hari Selasa (22/12) menjelaskan ada beberapa negara Eropa yang memberlakukan sentimen anti-asing dan jumlahnya meningkat di beberapa negara. “Namun penting diingat bahwa negara-negara Eropa perlu mengenali kontribusi positif migran agar membuat untuk masyarakat di mana mereka tinggal merasa nyaman,” kata Guterres.
“Selain itu migran dan negara-negara Eropa perlu mengembangkan nilai-nilai universal melindungi kehidupan, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mempromosikan toleransi dan keragaman,” Guterres menambahkan.
UNHCR, menurut data pada Senin (21/12) menjelaskan bahwa sebanyak 972.500 migran telah mengambil jalur berbahaya di persimpangan Laut Mediterania. Selain itu, IOM (Organisasi Migrasi Internasional) memperkirakan bahwa lebih dari 34.000 jiwa menyeberang dari Turki ke Bulgaria dan Yunani dengan jalur darat. (unhcr.org/xinhuanet.com).
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Bayu Probo
Kepala Pasukan UNIFIL: Posisi PBB di Lebanon Berisiko Didudu...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Kepala pasukan penjaga perdamaian PBB mengatakan pada hari Jumat (1/11) bahw...