4000 Pejuang ISIS Ditengarai Menyamar Jadi Pengungsi ke Eropa
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Di tengah berbagai upaya simpatik negara-negara Eropa untuk menampung pengungsi Irak dan Suriah yang menyerbu wilayah mereka, seruan agar tetap waspada juga menyeruak. Soalnya, di antara ribuan pengungsi yang masuk, ditengarai tidak seluruhnya benar-benar korban perang dan konflik. Dicurigai ada kelompok berbahaya yang mendompleng.
Dugaan ini tidak dapat dianggap enteng, karena kelompok yang ditengarai mendompleng itu bukan kelompok main-main. Mereka adalah kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS, yang diklaim mengirimkan ribuan pejuangnya menyamar jadi pengungsi. Tujuannya adalah untuk membangun kekhalifahan di Eropa.
Penulis Robert Spencer pada 4 September lalu di Front Page Magazine, sebagaimana dikutip oleh wnd.com, telah memberikan peringatan bahwa serbuan para migran kali ini bukan sekadar krisis pengungsi. Ini adalah krisis hijrah, yakni suatu emigrasi berbasis keyakinan relijius untuk membangun wilayah kekuasaan baru.
"Untuk pindah di jalan Allah - yaitu pindah ke lahan baru untuk membawa Islam ke sana, dianggap dalam Islam menjadi tindakan yang sangat berjasa," tulis Spencer.
Dugaan invasi berlandaskan jihad ini, semakin kuat oleh pengakuan seorang operator ISIS pada bulan Februari lalu, yang menegaskan bahwa ISIS menggunakan krisis pengungsi untuk membentuk kekhalifahannya di negara-negara Barat.
Operator ISIS itu mengklaim lebih dari 4.000 pejuang ISIS yang terlatih telah diselundupkan ke Eropa - menyamar di antara pengungsi, seperti dilaporkan oleh Express, sebuah koran Inggris.
Perdana Menteri Hongaria, Victor Orban, belum lama ini dicerca di medsos karena menghalangi migran Muslim masuk dengan alasan untuk melestarikan warisan Kristen di negaranya. Namun, bagi sebagian kalangan, apa yang dikatakan Orban itu tidak sepenuhnya salah. Analis senior Timur Tengah di Center for Security Policy, Clare Lopez, bahkan memuji sikap Orban.
"Hari ini, sistem negara-bangsa dan konsep kedaulatan nasional justru sedang diserang oleh kekuatan gerakan jihad global," kata Lopez kepada wnd.com.
"Jihad tidak hanya fenomena kekerasan tetapi dapat juga dilakukan dengan banyak cara lain, termasuk hijrah."
Operator ISIS yang menyelundupkan pengikutnya itu, dalam wawancara dengan BuzzFeed digambarkan berusia 30-an tahun dengan jenggot hitam yang rapi. Ia mengatakan bahwa operasi klandestin yang sedang berlangsung telah "berhasil sepenuhnya."
"Tunggu saja," dia tersenyum. "Ini impian kami bahwa harus ada khalifah tidak hanya di Suriah tetapi di seluruh dunia dan kami akan memilikinya segera, insya Allah."
"Mereka (pejuang ISIS) seperti pengungsi," jelasnya. Sebagian mereka ikut rombongan pengungsi untuk berjumpa dengan keluarganya di Eropa."Yang lainnya pergi ke Eropa untuk bersiap."
Operator ISIS itu berbicara secara eksklusif kepada BuzzFeed dengan syarat tidak disebutkan namanya. Pengakuannya ini diyakini merupakan konfirmasi pertama tentang infiltrasi ISIS ke negara-negara Barat melalui pengungsi, meskipun pernyataan serupa telah dilakukan melalui akun Twitter ISIS beberapa kali, walau belum dikonfirmasi.
ISIS diyakini secara aktif menyelundupkan pejuangnya yang menyamar sepanjang 565 mil perbatasan Turki dengan negara-negara Eropa kaya, kata operator ISIS tersebut.
Dia mengatakan ISIS sekarang memiliki lebih dari 4.000 pejuang yang siap di seluruh Uni Eropa.
Operasi ISIS ini dijalankan dengan memanfaatkan kemurahan hati negara-negara Barat. Dikatakan pula, bahwa para pejuang ISIS menggunakan penyelundup lokal untuk berbaur dan bepergian bersama gelombang pasang migran ilegal yang membanjiri Eropa, baik dengan perahu dari Afrika Utara dan di darat melalui Hongaria dan Austria ke Jerman, Belgia dan Swedia.
Pengungsi Kristen yang Teraniaya justru Terabaikan
Lebih dari 1,5 juta orang telah bermigrasi hanya ke Turki saja dan jutaan lainnya pergi ke Lebanon, Yordania dan di luar di Suriah sendiri. Hampir semua migran yang membanjiri Eropa adalah Muslim.
Menurut wnd.com, sebagian besar orang Kristen telah bersembunyi di gereja-gereja dan rumah-rumah di Timur Tengah, takut untuk mendatangi kamp-kamp pengungsi PBB, yang cenderung dikelola oleh Muslim.
"Orang-orang Kristen takut untuk mendatangi kamp-kamp ini, karena mereka percaya bahwa mereka akan dirugikan," kata George Marlin dari Aid of the Church in Need, sebuah kelompok Katolik yang mengirimkan bantuan kepada pengungsi Kristen yang teraniaya di Timur Tengah.
Menurut operator ISIS, dari kota Turki seperti Izmir dan Mersin, para pengungsi Muslim berusaha melintasi Mediterania ke Italia. Setelah di sana, mayoritas mereka akan menuju negara-negara yang dianggap paling ramah seperti Swedia dan Jerman. Mereka memohon suaka kepada pihak berwewenang.
Operator ISIS juga mengungkapkan bahwa ISIS memiliki rencana ambisius bagi masa depan Eropa.
"Ini impian kami bahwa harus ada khalifah tidak hanya di Suriah tetapi di seluruh dunia," katanya, "dan kita akan memilikinya segera, insya Allah."
Susu Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebuah studi baru, para peneliti menemukan bahwa konsumsi susu yang tidak...