41 Anggota Gereja Mawar Sharon Korban QZ8501
SURABAYA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 41 dari 162 penumpang AirAsia QZ8501 yang jatuh pada hari Minggu lalu adalah anggota jemaat dari Gereja Mawar Sharon Surabaya.
The Christian Today, mengutip laporan The Straits Times, mengatakan 41 penumpang AirAsia adalah anggota jemaat Mawar Sharon, sebuah 'megachurch' beranggotakan sekitar 30 ribu. Sebagian diantara korban itu bepergian ke Singapura hendak berlibur. Sejumlah media lain mengatakan jumlah anggota jemaat Mawar Sharon yang ada di AirAsia QZ8501 adalah 46, terdiri dari 14 keluarga.
Pendeta gereja tersebut, Philip Mantofa, mengatakan terkejut ketika mengetahui banyaknya anggota gerejanya yang berada di pesawat yang nahas itu. Namun ia menguatkan keluarga korban agar tragedi itu tidak mengguncang iman mereka.
"Banyak hal tidak dapat kita mengerti, tetapi Tuhan lebih besar dari semua ini," kata Mantofa, seperti dikutip Daily Mail.
Melalui akun facebooknya, pendeta ini juga mengunggah foto-foto dia bersama jemaatnya sedang menguatkan dan menghibur keluarga korban di Bandara Juanda, Surabaya.
"My heart bleeds for flight QZ8501 and our beloved church members in it," tulis dia.
Philip tidak menyebutkan nama-nama anggota jemaat Gereja Mawar Sharon yang menjadi korban. Situs resmi gereja ini, sampai pagi ini belum menayangkan informasi apa pun terkait dengan anggota jemaat mereka yang menjadi korban QZ 8501.
Selain dari Gereja Mawar Sharon, paling tidak lima orang lagi penumpang QZ8501 adalah anggota jemaat Gereja Bethany Surabaya.
Sementara, satu keluarga muda misionaris Kristen berasal dari Korea Selatan juga ada dalam penerbangan. Mereka adalah Park Seong-beom, 37 tahun, istrinya, Lee Kyung-hwa dan putri mereka Park Yuna, berusia 11 tahun, Dilaporkan, mereka terbang ke Singapura untuk memperpanjang visa perjalanan agar dapat terus bekerja sebagai misionaris di Indonesia.
Di luar itu, ada 27 penumpang yang merupakan umat gereja Katolik setempat.
Juga dilaporkan beberapa orang anggota Gereja Kristen Indonesia (GKI) ikut berada dalam penerbangan.
"Jangan tanya mengapa (ini terjadi), sebab bertanya mengapa dapat melemahkan iman dan pengharapan," kata Agustinus Tri Budi Utomo, rohaniawan Katolik setempat, kepada The Wall Street Journal.
Tragedi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 juga membuat keluarga besar Universitas Kristen Petra Surabaya kehilangan sembilan anggotanya. Dilaporkan sembilan penumpang pesawat itu merupakan mahasiswa dan alumni UK Petra. Informasi ini dikemukakan oleh akun twitter pers mahasiswa UK Petra Genta.
Empat mahasiswa UK Petra yang jadi korban, adalah mahasiswa, yaitu Brian Youvito, Elisabeth Youvita, Stephanie Gunawan, Steven Gunawan. Sedangkan lima alumni yang ikut dalam penerbangan QZ8501 itu adalah Juanita Limantara, Bob Hartanto Wijaya, Ruth Nathalia M Puspitasari, Ria Ratna Sari, dan Christanto Leoma Hutama.
Sejumlah sekolah Kristen di Surabaya juga kehilangan murid karena termasuk diantara korban AirAsia QZ8501. Sekolah-sekolah itu masing-masing adalah:
- SD Stella Maris yang kehilangan siswanya, Andiran Fernando (6 tahun),
- SD dan SMP Kristen Elyon yang kehilangan Jie Stevie Gunawan (10 tahun), Marianne Claudia Ardhi (11 tahun) dan Michelle Cuemency Ardhi (13 tahun),
- SD Kristen Petra yang kehilangan Kenneth Mathew Gunawan (10 tahun),
- SD Intan Permata Hati kehilangan Nikolas Theo Santosa (10), dan Soesilo Elbert (11),
- SD Katolik Clara kehilangan Steven Michelle Ang.
Pukulan Berat
The Wall Street Journal menulis judul laporannya "Christian Community Takes Heavy Blow in AirAsia Crash," sehubungan dengan banyaknya orang Kristen yang jadi korban. Namun, di Indonesia yang semboyan Bhinneka Tunggal Ika sangat dikenal dengan fasih, musibah ini diusahakan tidak dipandang sebagai pukulan bagi sementara kalangan, melainkan sebagai duka bersama.
Pesan akhir tahun Presiden Joko Widodo melalui akun facebook-nya menekankan pentingnya kepekaan akan duka yang dialami korban AirAsia QZ8501 sehingga ia mengimbau agar perayaan malam tahun baru dilakukan dengan sederhana.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang setia mendampingi para keluarga, memberi penghiburan agar tetap kuat dan tabah. "Mereka bukan milik kita, mereka milik Allah," kata dia.
Sejumlah rohaniawan lintas agama menyelenggarakan doa bersama pada Kamis, 1 Januari, dengan para keluarga korban sebagai cermin bahwa semua orang berduka. Sementara di berbagai tempat di Surabaya, doa bersama juga digelar pada malam pergantian tahun.
Tidak mengherankan ketika seseorang yang mengaku Fatma Wati, menulis komentar yang sangat menyakitkan bagi sekelompok penganut agama tertentu terkait musibah ini, ia langsung menjadi objek kritik bertubi-tubi.
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...