6 Juni, Hari Tempe Sedunia
BOGOR, SATUHARAPAN.COM - Sejarah mencatat bahwa tempe berasal dari budaya Jawa yang telah merambah dunia sebagai bahan pangan yang menyehatkan. Hasil kajian ilmiah dari para peneliti handal dunia semakin memperkuat tempe sebagai pangan fungsional kebanggaan bangsa Indonesia. Demikian rilis Forum Tempe Indonesia pada hari Kamis (6/6).
Ketua Forum Tempe Indonesia, Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS, mengatakan tempe merupakan makanan tradisional Indonesia berbasis kedelai yang merupakan hasil fermentasi oleh kapang Rhizopus oryzae sp. Selama fermentasi berlangsung, kedelai akan diliputi oleh struktur menyerupai benang halus yang dihasilkan oleh kapang Rhizopus oligosporus yang disebut hifa. Hifa kapang tumbuh dengan intensif dan membentuk jalinan yang mengikat biji kedelai yang satu dengan biji yang lain. Proses fermentasi akan mengubah kedelai menjadi tempe yang memiliki aroma, citarasa, tekstur, penampilan, nilai gizi, dan daya cerna yang lebih baik.
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 100 ribu pengrajin tempe, dengan skala produksi yang sangat bervariasi satu sama lain. Sekitar 60 persen dari konsumsi kedelai nasional diolah menjadi tempe. Konsumsi tempe di Indonesia telah mencapai 7.0 kg per kapita per tahun. Dewasa ini, tempe tidak hanya berpotensi untuk dikembangkan di dalam negeri, tetapi juga memiliki peluang ekspor yang semakin besar. Potensi pasar tempe di luar negeri kian terbuka luas dengan semakin banyaknya pelaku vegetarian di dunia. Untuk mengisi peluang ekspor tersebut perlu dikembangkan produk tempe “Generasi 1” dan “Generasi 2” yang diproduksi secara higienis.
8th Southeast Asia Soy Foods Seminar and Trade Show yang dilaksanakan di Westin Resort Nusa Dua Bali pada tgl 21-23 Mei 2013 yang dihadiri oleh sekitar 250 orang dari 13 negara, salah satu hasilnya mengakui tempe sebagai pangan sehat warisan budaya bangsa Indonesia yang diakui dunia. Salah satu bentuk pengakuan dunia terhadap tempe adalah diterimanya usulan Indonesia oleh FAO dan WHO untuk penetapan Standar Codex Tempe, yang saat ini telah memasuki step 5 dari 8 step yang harus dilalui.
Forum Tempe Indonesia (FTI) merupakan organisasi nirlaba yang berdiri pada tahun 2008. FTI bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap tempe sebagai komoditas andalan dalam perspektif bisnis dan kesehatan dan mempromosikan tempe sebagai produk warisan budaya bangsa Indonesia agar dapat diterima lebih baik di tingkat nasional maupun internasional.
Salah satu agenda FTI pada tahun 2013 adalah pencanangan tanggal 6 Juni sebagai Hari Tempe Internasional (International Tempe Day). Salah satu alasan dipilihnya tanggal 6 Juni adalah karena tanggal ini merupakan hari kelahiran Presiden Soekarno, yang pada era tahun 1950-an hingga 1960-an, beliau sering berpidato “Jangan Jadi Bangsa Tempe” untuk memotivasi bangsa Indonesia agar tidak diinjak-injak bangsa lain. Munculnya slogan tersebut terkait dengan teknologi pembuatan tempe yang sangat sederhana di kala itu, di mana kedeleai yang telah direbus kemudian diinjak-injak dengan kaki untuk melepaskan bagian kulit, sebelum dilakukan proses fermentasi. Alasan kedua adalah diresmikannya Rumah Tempe Indonesia (RTI) di Bogor pada tanggal 6 Juni 2012. RTI ini merupakan percontohan praktek pembuatan tempe secara higienis bagi para pengrajin tempe tradisional. RTI telah mendapatkan sertifikat HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) sebagai bukti penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) secara menyeluruh.
Editor : Yan Chrisna
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...