800 tahun Magna Carta, Kekristenan dan Hak Asasi Manusia
CANTERBURTY, SATUHARAPAN.COM - Gereja-gereja di Inggris tahun ini menyelenggarakan kegiatan besar-besaran untuk menegaskan kembali warisan Kristen di Inggris berkaiatan dengan peringatan 800 tahun penandatanganan dokumen Magna Carta.
Magna Carta adalah dokumen abad ke-13 yang berisi hak-hak, hak istimewa dan kebebasan para ulama dan bangsawan. Hal ini juga dianggap sebagai dokumen penting hak asasi manusia.
"Ini adalah salah satu dokumen yang paling penting di dunia... yang ditulis dalam konstitusi berbagai negara dan dikagumi sebagai batu fondasi dalam tradisi Barat mengenai kebebasan dan supremasi hukum," kata Dan Jones, penulis buku "Magna Carta: The Making and Legacy of the Great Charter.”
Setelah Raja John dari Inggris melanggar sejumlah undang-undang dan adat istiadat kuno, para baron di negara itu memaksa dia untuk menandatangani Magna Carta (Piagam Besar) pada tahun 1215 di sebuah desa kecil yang indah, Runnymeade , yang terletak di pinggir Sungai Thames di London barat.
Dokumen tersebut menyebutkan tentang hak gereja untuk menunjuk sendiri pendeta, uskup dan uskup agung. Hal ini terjadi setelah masa yang pajang kepahitan sengketa hubungan gereja-negara berkaitan penunjukkan Uskup Agung Canterbury harus orang yang ditunjuk oleh Raja John atau diangkat Paus Innocent III, Stephen Langton.
Sengketa ini menjadi begitu pahit karena Paus mengucilkan raja dan menyatakan sebuah "larangan" di Inggris, yang menyebabkan orang-orang biasa tidak mendapatkan pelayanan sakramen.
"Uskup Inggris memainkan peran utama membangun perdamaian dengan bertindak sebagai perantara dalam perang kepentingan antara Raja John dan baron serta para ksatria. Hal itu mengatasi situasi yang dengan mudah bisa menyebabkan perang saudara dan pecahnya kerajaan," kata Sophie Ambler, pakar yang khusus mendalami sejarah abad ke-13 dari University of East Anglia.
Peringatan tahun 2015 ini menandai tahun 800 tahun Magna Carta. Kegiatan dimulai pada hari Senin (12/1) dengan upacara yang dihadiri Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond, Duta Besar Amerika Serikat, Matthew Barzun dan Uskup London, Richard Chartres.
Sepanjang tahun ini, gereja, sekolah, perguruan tinggi, dan perpustakaan mengadakan pameran, ceramah dan acara lainnya tentang Magna Carta, yang isinya menekankan tentang pengaruh isi dari warisan kekristenan abad ke-13 itu.
Teater Shakespeare di London yang terkenal, The Globe, juga akan menggelar drama yang berjudul "The Troublesome Reign of King John” (Kerepotan Pemerintahan Raja John).
Kegiatan 800 tahun Magna Carta itu juga diselenggarakan di berbagai negara berbahasa Inggris, dan puncak acara diselenggarakan di Runnymede Meadows, di mana dokumen itu ditandatangani. Ratu Elizabeth II direncanakan hadir pada acara itu.
Dokumen Magna Carta hanya ada empat salinan yang disimpan di Katedral Salisbury, Katedral Lincoln dan dua salinan di British Library di London. (RNS)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...