Affiah: Ahmad Syafii Maarif Sangat Tegas Menolak Poligami
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menurut Neng Dara Affiah, mantan Komisioner Komisi Nasional Perempuan, Ahmad Syafii Maarif sangat tegas menolak poligami dan sangat promonogami. Hal tersebut diakuinya sangat penting karena tidak banyak pria muslim yang memiliki ketegasan atas penolakan terhadap poligami. “Buya sangat tegas dalam tulisannya. Dukungan terhadap monogami adalah mutlak dan penolakan terhadap poligami adalah jelas,” kata dia.
Affiah mengatakan hal tersebut saat memberikan testimony tentang Buya Syafii dalam acara peluncuran buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan di Graha CSIS, Jakarta, Selasa (14/4).
Ahmad Syafii Maarif merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah yang sangat menginspirasi Affiah, selain KH Ahmad Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan, dan Buya Hamka. Aktivis Indonesian Women and Children Empowerment Institute ini sangat yakin bahwa Buya Syafii memiliki kepekaan terhadap hak-hak perempuan.
“Bukan hanya pada tulisan-tulisannya, tetapi juga dalam tindakan nyata perilakunya,” kata Pemimpin Perguruan Islam ‘Annizhomiyyah’, Labuan, Banten.
Ia teringat tulisan-tulisan yang mendeskripsikan perilaku Buya di rumah. Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah ini biasa melakukan pekerjaan rumah dan mau mengasuh anak. Menurut Affiah, hal tersebut merupakan suatu lompatan peradaban yang luar biasa, sebab pembagian kerja secara seksual dianut kokoh oleh umat Islam.
Namun, dalam sambutannya, Affiah menyampaikan kekecewaan terhadap Buya Syafii. Meski dalam buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, dikutip mengenai penafsiran penciptaan perempuan dari tulang rusuk laki-laki yang menjadi asal-usul diskriminasi dalam Islam, namun Buya dianggap gagal menjelaskan kepercayaan itu sebagai penyebab pembodohan dan pemiskinan struktural dalam komunitas muslim.
Baca juga: |
“Menurut saya, gagal dijelaskan. Padahal, hal tersebut konkret (terjadi) di tengah-tengah masyarakat, baik dalam masyarakat proses sejarah maupun proses kontemporer sekarang ini,” kata penulis buku Menapak Jejak Fatayat NU ini. “Tulisan Buya tentang kesetaraan gender di sini (terasa) dangkal dan kering, tidak setajam pengalaman Buya.”
Ia juga mengutarakan kekecewaannya bahwa hingga malam peluncuran buku itu pun, Buya Syafii tidak menyinggung tentang keadilan bagi perempuan.
Namun demikian, Affiah tetap mengapresiasi buku tersebut dan tidak mengurangi rasa kagumnya terhadap Ahmad Syafii Maarif.
“Usia 80 masih sehat. Pikirannya sangat tajam. Kata-katanya sangat bermutu. Sedikit tapi bersabda dan bermakna. Saya ingin mengikuti jejak Buya,” ungkapnya.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...