Air Mata Pemilik Kios Pasar Klewer Menghujan
SOLO, SATUHARAPAN.COM – Ratusan pedagang terlihat panik dan menangis melihat kebakaran hebat yang melanda Pasar Klewer Solo pada Sabtu (27/12) malam.
Aparat kepolisian melarang para pedagang masuk ke dalam pasar karena api makin membesar. Pedagang ini hanya bisa pasrah melihat api melalap sebagian bangunan Pasar Klewer Solo.
Meski sudah ada larangan dari polisi untuk mendekat ke lokasi, ada sejumlah pedagang yang tetap berupaya menyelamatkan dagangan menggunakan karung yang ditumpuk di depan Pasar Klewer.
Seperti dikutip situs berita Antara, puluhan mobil pemadam kebakaran se-eks Karesidenan Surakarta dikerahkan untuk memadamkan api, tetapi api yang melalap bangunan Pasar Klewer terus membesar.
Sejumlah mobil water cannon yang dikerahkan untuk membantu menjinakkan api. juga belum mampu mengatasi kebakaran. Suasana di sekitar pasar pun gelap gulita karena listrik padam.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun, kepulan asap pertama kali diketahui berasal dari bagian belakang Pasar Klewer sekitar pukul 19.45 WIB.
Beberapa saat setelah Pasar Klewer Solo terbakar, hujan turun dengan deras, namun tak mampu memadamkan api karena hujan disertai angin yang bertiup cukup kencang.
Seorang pedagang di Pasar Klewer, Nono (45) mengaku api pertama kali berasal dari bagian belakang pasar dan sampai sekarang terus membesar meski sudah lebih dari dua jam.
Ia mengaku hanya bisa pasrah melihat kiosnya terbakar habis tanpa sempat menyelamatkan barang dagangannya, sebab api sudah telanjur membesar saat dia tiba di pasar tersebut.
"Ya, bagaimana lagi. Api sudah telanjur membesar, jadi tidak sempat lagi menyelamatkan barang-barang," kata dia.
Sejauh ini, belum diketahui jumlah kios yang terbakar.
Sekilas Pasar Klewer
Pasar Klewer merupakan pasar tekstil terbesar di Kota Solo. Pasar yang letaknya bersebelahan dengan Keraton Surakarta ini merupakan pusat perbelanjaan kain batik yang menjadi rujukan para pedagang dari Yogyakarta, Surabaya, Semarang dan kota-kota lain di Pulau Jawa.
Pasar yang terdiri atas lantai dua ini bisa menampung 1.467 pedagang dengan jumlah kios sekitar 2.064 unit. Pasar Klewer tidak hanya sebagai pusat perekonomian, tetapi juga tujuan wisata dan simbol Kota Surakarta.
Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, kawasan di Pasar Klewer merupakan tempat pemberhentian kereta api yang digunakan sebagai tempat berjualan para pedagang pribumi. Karena digunakan sebagai tempat berjualan, kawasan tersebut terkenal dengan sebutan Pasar Slompretan.
Pasar Slompretan ini merupakan tempat para pedagang kecil yang menawarkan barang dagangan berupa kain batik yang diletakkan di pundaknya sehingga tampak menjuntai tidak beraturan atau berkleweran jika dilihat dari kejauhan.
Dari barang dagangan kain batik yang berkleweran itu, pasar ini terkenal dengan nama Pasar Klewer. Pedagang di Pasar Klewer pada awalnya adalah para pedagang yang berjualan di daerah Banjarsari dan Supit Urang.
Pasar Klewer mulai berkembang pada 1942 – 1945 dan semakin berkembang hingga tahun 1968. Setelah itu, dibangunlah bangunan pasar bertingkat permanen pada 9 Juni 1970 untuk menampung para pedagang yang diresmikan oleh Presiden Soeharto. (Ant/Wikipdia)
Editor : Bayu Probo
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...