Akhir Pekan Rupiah Menjadi Rp 12.106
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nilai mata uang rupiah pada Jumat sore kembali tergerus atau melemah 85 poin menjadi Rp 12.106 per dolar AS menyusul terbitnya data salah satu indikator ekonomi Amerika Serikat yang meningkat.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak melemah sebesar 85 poin menjadi Rp 12.106 dibanding posisi sebelumnya (12/12) Rp 11.021 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa dolar AS kembali melanjutkan penguatan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah setelah terbitnya data penjualan ritel AS yang meningkat.
"Data penjualan ritel AS mengindikasikan kestabilan laju pemulihan ekonomi AS. Penjualan ritel AS meningkat 0,7 persen pada bulan November," kata dia.
Menurut dia, data penjualan ritel AS yang cukup solid menjadi faktor positif untuk nilai tukar dolar AS.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menambahkan tampaknya pelaku pasar uang lebih memilih masuk pada mata uang yang lebih aman untuk menjaga aset dan memiliki tren positif sehingga nilai investasi tidak tergerus.
"Mata uang dolar AS masih menjadi pilihan dengan tren kenaikan yang masih berlanjut menyusul kian dekatnya pembahasan pengurangan stimulus keuangan (tappering off) the Fed," kata dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp12.081 dibanding sebelumnya (12/12) di posisi Rp 12.025 per dolar AS.
IHSG Ditutup Melemah 37,39 Poin
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat ditutup melemah sebesar 37,39 poin menyusul pelaku pasar yang sedang mengantisipasi pengurangan stimulus (tapering off) bank sentral AS (the Fed).
IHSG BEI ditutup turun sebesar 37,39 poin atau 0,90 persen ke posisi 4.174,83. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 8,73 poin (1,26 persen) ke level 691,51.
"Indeks BEI masih dalam area negatif, pelaku pasar sedang mengantisipasi kebijakan pemerintah Indonesia dalam menahan sentimen eksternal jika pengurangan stimulus keuangan the Fed efektif dilaksanakan," ujar Analis Trust Securities, Yusuf Nugraha di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, dalam kondisi itu pelaku pasar saham cenderung mengambil langkah keluar dari pasar untuk mengantisipasi dampak negatifnya.
Ia memproyeksikan, indeks BEI pada pekan depan (Senin, 16/12) akan bergerak di kisaran 4.100-4.300 poin.
Sementara itu, Analis Sinarmas Sekuritas, Christandi Rheza Mihardja mengatakan indeks BEI diperkirakan bergerak melemah di level 4.150-4.204 pada Senin, (16/12).
"Perdagangan pada hari Senin akan dipengaruhi oleh data indeks harga produsen AS yang diperkirakan akan naik sebesar 0,8 persen dari tahun sebelumnya. Selain itu, juga akan dirilis data indeks manufaktur Jepang," kata dia.
Ia menambahkan, pada perdagangan saham pekan depan juga akan dipengaruhi oleh kemungkinan dilakukannya "tapering off" oleh The Fed.
Ia memaparkan saham-saham yang dapat diperhatikan, yakni Tiga Pilar Sejahtera (AISA), Tower Bersama Infrastructure (TBIG), Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP).
Transaksi perdagangan saham di BEI tercatat sebanyak 109.683 kali dengan volume mencapai 4,08 miliar lembar saham senilai Rp4,29 triliun.
Bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng menguat 27,84 poin (0,12 persen) ke level 23.245,96, indeks Nikkei-225 naik 61,29 poin (0,40 persen) ke level 15.403,11 dan Straits Times menguat 6,98 poin (0,23 persen) ke posisi 3.066,02. (Ant)
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...