Akibat Serangan Roket, Satu-satunya Bandara di Libya Ditutup Kembali
TRIPOLI, SATUHARAPAN.COM-Satu-satunya bandara yang beroperasi di ibu kota Libya, Mitiga di Tripoli, telah ditutup kembali setelah ancaman oleh pasukan Tentara Nasional Libya (LNA), pimpinan Khalifa Haftar. Dan Libya menghadapi kemunduran lain terhadap upaya perdamaian ketika para menteri luar negeri regional bertemu di Aljazair, hari Kamis (23) ini.
Bandara itu telah dihantam serangan roket berkali-kali sejak dimulainya serangan berbulan-bulan oleh para pejuang yang dipimpin Haftar yang bermarkas di timur untuk merebut kota Tripoli dari Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB.
Otoritas bandar udara Mitiga mengatakan hari Rabu (22/1) bahwa mereka menangguhkan lalu lintas udara "sampai pemberitahuan lebih lanjut" setelah juru bicara Haftar mengancam akan menyerang pesawat yang terbang di atas kota itu.
"Setiap pesawat militer atau sipil, terlepas dari afiliasinya, yang terbang di atas ibu kota akan dihancurkan," kata juru bicara LNA, Ahmad Al-Mesmari, dikutip AFP, seraya menambahkan bahwa penerbangan semacam itu akan dianggap sebagai pelanggaran gencatan senjata yang berlaku sejak 12 Januari.
Mesmari mengatakan pemerintah yang didukung internasional menggunakan bandara untuk tujuan militer sebagai pangkalan bagi tentara Turki yang dikirim oleh Ankara untuk mendukung pemimpin GNA, Fayez Al-Sarraj.
Sebelumnya, otorita bandara menangguhkan penerbangan selama beberapa jam setelah ditargetkan oleh enam roket Grad dalam serangan yang disalahkan GNA pada para pesaingnya dalam perang saudara lima tahun di Libya. Serangan itu terjadi hanya sembilan hari setelah fasilitas dibuka kembali setelah gencatan senjata.
Pertemuan Aljazair
Kekuatan-kekuatan dunia telah meningkatkan upaya dalam beberapa pekan terakhir untuk menemukan solusi politik bagi konflik yang sedang berkecamuk, dengan negara tetangga Aljazair negara terbaru yang menjadi tuan rumah pertemuan hri Kamis, untuk membahas cara-cara penyelsaian Libya.
Kementerian luar negeri Aljazair mengatakan kepala diplomat dari Tunisia, Mesir, Sudan, Chad, Niger dan Mali akan bertemu di Aljazair untuk memajukan "penyelesaian politik untuk krisis melalui dialog inklusif antara semua pihak."
Aljazair, yang tetap netral dalam konflik Libya, berbagi perbatasan hampir sepanjang 1.000 kilometer (620 mil), dan kawasan perbatasan telah diguncang oleh kekerasan sejak penggulingan diktator Muammar Qaddafi tahun 2011 oleh pemberontak yang didukung NATO.
Ia tidak mengatakan apakah delegasi Libya telah diundang pada pertemuan itu, tetapi Menteri Luar Negeri GNA, Mohamad Tahar Siala, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan ia "menolak" untuk ikut serta, karena kehadiran pemimpin diplomat dari administrasi saingan yang didukung oleh Haftar.
Pertemuan itu dilakukan setelah pertemuan puncak di Berlin di mana para pemimpin dunia berkomitmen untuk mengakhiri semua campur tangan asing di Libya dan untuk menegakkan embargo senjata sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk mengakhiri konflik.
Rencana KTT juga telah melihat pembentukan komisi militer yang terdiri dari lima loyalis GNA dan lima delegasi Haftar yang akan berusaha untuk menentukan cara mengkonsolidasikan gencatan senjata.
Bekas Pangkalan Militer
Pada hari Selasa, Dewan Keamanan PBB mendesak para pihak untuk mencapai kesepakatan jangka panjang yang membuka jalan bagi proses politik yang bertujuan untuk mengakhiri konflik.
Meskipun ada usulan berulang kali dari utusan PBB ke Libya, Ghassan Salame, agar bandara Tripoli yang dikelola pemerintah GNA dibuka, namun telah berkali-kali menjadi target serangan udara dan serangan roket sejak pasukan Haftar sejak bulan April.
Bandar udara itu terletak di sebelah timur ibu kota. Bandara Mitiga adalah bekas pangkalan militer yang digunakan untuk lalu lintas penerbangan sipil karena bandara internasional Tripoli rusak berat dalam pertempuran pada tahun 2014.
Juru bicara pasukan GNA, Mohammed Gnunu, menyebut serangan itu sebagai "ancaman nyata" terhadap keselamatan lalu lintas udara dan "pelanggaran baru" dari gencatan senjata terbaru.
Turki yang mendukung pemerintah GNA, mengerahkan pasukannya ke Libya sejak awal Januari di bawah kesepakatan kedua negara bulan November yang kontroversial. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, diperkirakan akan datang ke ibu kota Aljazair pada hari Minggu mendatang di awal kunjungan dua hari juga terkait dengan konflik Libya.
Diplomat top Jerman Heiko Maas juga diperkirakan berada di Aljir hari Kamis, kata kementerian luar negeri Aljazair. Kota ini menjadi tuan rumah serangkaian pemimpin asing dan utusan untuk pembicaraan tentang krisis, termasuk Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte dan para diplomat senior Mesir, Italia, Turki, dan negara-negara bekas kekuatan kolonial Prancis.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...