Aksi Konservasi UKDW di Telaga Motoindro
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Mengawali perkuliahan semester genap 2014/2015 Fakultas Bioteknologi bekerja sama dengan Fakultas Arsitektur dan Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menggelar kuliah umum sekaligus aksi konservasi lingkungan.
Kuliah umum, seperti dituliskan Djoko Rahardjo, Wakil Dekan III Fakultas Bioteknologi di situs web ukdw.ac.id, diselengarakan di lingkungan terbuka, yaitu di Telaga Motoindro, Desa Girisuko, Panggang, Gunung Kidul, Jumat (30/1).
Selain untuk mengenalkan secara langsung kepada mahasiswa kondisi lingkungan dengan problematikanya, kuliah umum di tempat terbuka itu juga untuk mengenalkan karakteristik serta potensi pemanfaatan lingkungan, kebutuhan pengembangan, serta pentingnya kemitraan dan sinergi antarberbagai pihak dalam upaya pengembangan wilayah dan ekonomi masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi kearifan lokal dan keberlanjutan lingkungan.
Kuliah umum dan aksi konservasi itu dirancang sebagai respons dari permintaan warga yang disampaikan Yusak Sumardiko dan dikuatkan Kepala Desa Endah Herwanti kepada Fakultas Bioteknologi, untuk dapat membantu mencari solusi terhadap kerusakan lingkungan dan krisis air di Telaga Motoindro.
Bagi warga Gunung Kidul, khususnya Desa Girisuko, telaga merupakan roh hidup. Telaga tidak hanya berperan sebagai penampung air hujan. Telaga adalah sumber hidup dan penghidupan warga, karena melalui jasa telaga warga mendapatkan suplai air untuk kebutuhan rumah tangga, untuk pertanian, dan memandikan ternak.
Telaga juga merupakan simbol kebersamaan, kesederhanaan, serta ruang terbuka hijau yang berperan sebagai tempat berinteraksi dan komunikasi antarwarga. Telaga Motoindro menjadi sangat vital perannya bagi warga Girisuko, khususnya Padukuhan Temuireng II yang terdiri atas 160 keluarga untuk mencukupi kebutuhan air.
Di musim hujan, telaga itu penuh air sehingga pada masa kemarau air telaga itu masih dapat dimanfaatkan. Namun, sejak 2012, di musim hujan, air yang memenuhi telaga hilang dalam beberapa hari. Disinyalir telaga bocor sehingga penduduk kehilangan air sebagai sumber kehidupan.
Kebun Taman Buah dan Sekolah Alam
Kuliah umum dan aksi konservasi dengan tema “Konservasi Air dan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal dalam Rangka Pengembangan Kawasan Telaga Moroindro sebagai Kebun Taman Buah dan Sekolah Alam” digelar pukul 10.00-13.00. Hadir pembicara kunci Bupati Gunung Kidul Hajah Badingah, Ssos, menyajikan materi “Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Alam secara Ramah Lingkungan bagi Upaya Kesejahteraam Masyarakat Kabupaten Gunung Kidul”, dan Kepala Dinas Pertanian Provinsi DIY yang memaparkan beberapa program rintisan “Integrasi Program Konservasi dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat melalui Pengembangan Kebun Buah dan Agrowisata”.
Kegiatan dilanjutkan dengan aksi konservasi telaga dengan penanaman aneka tanaman buah dan tanaman hutan di kawasan Telaga Motoindro. Program itu didukung Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul serta berbagai pihak seperti Djarum Foundation-Bakti Lingkungan yang memberikan bantuan aneka tanaman buah, Dinas Kehutanan Provinsi DIY, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo yang memberikan bantuan aneka tanaman hutan, Dinas Pertanian Provinsi DIY, Manajemen Ambarrukmo Plaza.
Kuliah umum dan aksi konservasi diikuti 200 mahasiswa Fakultas Bioteknologi dan Fakultas Arsitektur dan Desain Produk UKDW serta siswa SMA dan warga masyarakat Desa Girisuko dan Paliyan, Gunung Kidul.
Program itu merupakan langkah awal dalam upaya mewujudkan keinginan warga Girisuko mengembangkan kawasan Telaga Motoindro sebagai Kebun Taman Buah dan Sekolah Alam. Langkah selanjutnya Fakultas Bioteknologi dan Arsitektur dan Desain Produk UKDW secara intens akan mendampingi warga Girisuko untuk melakukan monitoring program konservasi, perbaikan telaga dengan teknologi geomembran bekerja sama dengan Yayasan Oikomene Jakarta, serta mengembangkan kawasan telaga sebagai agrowisata dan pendidikan alam.
Program itu juga didukung oleh Dinas Pertanian Provinsi DIY yang berkomitmen mengembangkan ekonomi masyarakat melalui pengembangan tanaman sayuran dan tanaman buah yang akan disisipkan dalam agenda program tahun 2015 maupun diusulkan dalam program pengembangan tahun 2016. Dengan dukungan semua pihak, program integrasi pengembangan ekonomi dan konservasi dapat dipakai sebagai pembelajaran dan model pengembangan kawasan konservasi yang mampu memberikan banyak manfaat, baik manfaat ekonomi, sosial, lingkungan, pendidikan, dan wisata. (ukdw.ac.id)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...