Aktivis Pembela Nasib Pemungut Tinja Raih Magsaysay Award
CHENNAI, SATUHARAPAN.COM - Seorang aktivis India yang membantu mendirikan gerakan untuk memberantas profesi pemungut tinja --eufemisme untuk pekerjaan mengangkat dan membuang tinja dengan tangan dari toilet kering ke tempat penampungannya -- terpilih untuk memenangi Anugerah Magsaysay 2016.
Ramon Magsaysay Award Foundation mengumumkan memilih Bezwada Wilson menjadi salah satu dari enam pemenang tahun ini, karena "energi moral dan keterampilannya yang luar biasa dalam memimpin sebuah gerakan akar rumput untuk memberantas perbudakan dalam penggunaan pemungut tinja di India."
Seorang perempuan tampak mengangkat tinja yang akan dibuang ke tempat pembuangannya (Foto: sanitationupdate.wordpress.com)
Pemungut tinja adalah profesi membuang kotoran dari toilet kering dan saluran terbuka dengan tangan ke tempat pembuangannya, telah lama menjadi pekerjaan penduduk kelompok Dalit, kasta tradisional terendah di India.
Setidaknya 90 persen dari satu juta pemungut tinja di India adalah perempuan. Ini merupakan pekerjaan turun-temurun yang melibatkan 180.000 rumah tangga Dalit, yang bekerja membersihkan lebih dari 700.000 jamban kering milik publik maupun swasta di seluruh negeri.
Wilson, 50, yang keluarganya sendiri telah terlibat dalam pekerjaan memungut tinja selama beberapa generasi, mengatakan penghargaan itu merupakan pengakuan bagi pekerja perempuan yang menolak perbudakan tersebut.
"Perjuangan terletak di tingkat bawah dan tantangannya adalah untuk menghapus perilaku yang sangat ditunggangi oleh kasta," kata Wilson kepada Thomson Reuters Foundation dalam sebuah wawancara.
"Para pahlawan nyata adalah wanita yang mengorganisir diri, mempertanyakan praktik ini dan memahami bahwa tidak ada orang yang dilahirkan ke bentuk-bentuk eksploitasi," tambahnya.
Pemungut tinja sedang bekerja (Foto: aljazeera.com)
Wilson terhindar dari pekerjaan memungut tinja untuk menjadi yang pertama di keluarganya menempuh pendidikan tinggi, kata Ramon Magsaysay Award Foundation yang berbasis di Manila.
Dia kemudian merekrut relawan yang kemudian menjadi Safai Karmachari Andolan, gerakan para pemungut tinja dan anak-anak mereka. Dimulai pada tahun 1995, ia berkembang menjadi gerakan nasional yang tersebar di 25 negara bagian India.
"Tak ada yang mau masuk ke dalam septic tank atau pipa saluran pembuangan tinja karena keinginan mereka sendiri," kata Wilson.
India, yang melarang diskriminasi berdasarkan kasta pada tahun 1955, telah mengesahkan beberapa undang-undang untuk mengakhiri penggunaan tenaga pemungut tinja. Pemerintah berjanji untuk memodernisasi sanitasi dan mengkriminalisasi mereka yang mempekerjakan pemungut tinja.
UU yang disahkan pada bulan Desember lalu telah pula memberi hukuman yang lebih ketat.
"Ada larangan tetapi tidak ada penegakan hukum," kata Wilson.
"Pengaduan harus diajukan terhadap orang-orang yang mendorong praktik ini. Jika hukum ditegakkan, pemulung tinja dapat diberantas dalam waktu singkat," kata dia.
Editor : Eben E. Siadari
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...