Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 10:30 WIB | Sabtu, 02 Desember 2023

Aktivis Perdamaian Yang Bantu Warga Gaza, Termasuk Yang Diculik Hamas

Dia mengecam Yahya Sinwar sebagai berbuat yang memalukan.
Aktivis Perdamaian Yang Bantu Warga Gaza, Termasuk Yang Diculik Hamas
Sandera Israel yang dibebaskan, Yocheved Lifshitz, 85 tahun, ikut serta dalam protes bersama anggota keluarganya di luar Kementerian Pertahanan di Tel Aviv pada 28 November 2023. (Foto: AFP)
Aktivis Perdamaian Yang Bantu Warga Gaza, Termasuk Yang Diculik Hamas
Kepala sayap politik gerakan Hamas Palestina di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, ketika menghadiri rapat umum untuk mendukung masjid al-Aqsa Yerusalem di Kota Gaza pada 1 Oktober 2022. (Foto: dok.AFP)
Aktivis Perdamaian Yang Bantu Warga Gaza, Termasuk Yang Diculik Hamas
Seorang pengunjuk rasa berdiri di samping tanda yang menyerukan pembebasan Kfir Bibas, bayi umur 10 bulan, saat protes menyerukan pembebasan segera sandera, terutama Shiri Bibas, 32 tahun, suaminya Yarden Bibas, 34 tahun, dan anak-anak mereka Kfir Bibas, 10 bulan, dan Ariel, 4 tahun, saat kesepakatan pertukaran sandera-tahanan antara Hamas dan Israel, di Tel Aviv, Israel, 28 November 2023. (Foto: Reuters)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Seorang perempuan Israel berusia 85 tahun yang diculik oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober dan dibebaskan dua pekan kemudian mengatakan bahwa dia bertemu dengan pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, saat berada di penahanan dan bertanya kepadanya bagaimana dia tidak malu karena telah bertindak keras terhadap aktivis perdamaian seperti dirinya.

Yocheved Lifshitz, 85 tahun, dibawa dari rumahnya di Kibbutz Nir Oz di Israel ke Gaza. Dia mengatakan kepada surat kabar Israel, Davar, bahwa dia menghadapi Sinwar ketika dia mengunjungi para sandera di terowongan bawah tanah tempat Hamas menahan mereka.

“Sinwar bersama kami tiga sampai empat hari setelah kami tiba,” kata Lifshitz kepada surat kabar berbahasa Ibrani, Davar. “Saya bertanya padanya bagaimana dia tidak malu melakukan hal seperti itu kepada orang-orang yang selama ini mendukung perdamaian.”

“Dia tidak menjawab. Dia diam saja,” katanya.

Lifshitz adalah seorang aktivis perdamaian yang, bersama suaminya, membantu warga Palestina yang sakit di Gaza sampai ke rumah sakit selama bertahun-tahun, kata cucunya kepada Reuters. Suaminya yang berusia 83 tahun, Oded, juga diculik dari rumah mereka dan masih ditahan.

Berbicara kepada wartawan setelah dia dibebaskan dari tahanan Hamas bulan lalu, Lifshitz mengatakan bahwa dia “mengalami neraka” selama dua pekan menjadi sandera di Jalur Gaza.

Lifshitz adalah satu dari empat empat yang dibebaskan oleh Hamas pada awal perang. Dia mengatakan dia telah dipukuli ketika dia diculik tetapi kemudian diperlakukan dengan baik selama dua pekan disandera.

Saat dibebaskan, dia berbalik untuk menjabat tangan penculiknya yang bertopeng. Ketika ditanya alasannya, dia menjawab: “Mereka memperlakukan kami dengan lembut dan memenuhi semua kebutuhan kami.”

Masalah Sandera dan Gencatan Senjata

Penyerahan lebih banyak sandera Israel oleh Hamas sedang berlangsung di Gaza, kata seorang pejabat Palestina yang mengetahui upaya gencatan senjata tersebut kepada Reuters pada hari Rabu (29/11), hari terakhir dari perpanjangan dua hari gencatan senjata dalam perang Gaza.

Gerakan Jihad Islam Palestina, sekutu Hamas, mengatakan sebelumnya bahwa mereka telah menyerahkan beberapa sandera sipil sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran yang juga melibatkan pembebasan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Dua sandera warga Israel-Rusia yang dibebaskan dari penawanan di Gaza tiba di Israel pada hari Rabu, kata pihak berwenang Israel, menjelang pembebasan 10 sandera lainnya yang dijadwalkan sebelum berakhirnya perjanjian gencatan senjata dengan Hamas.

Keduanya, yang disebutkan oleh pemerintah Israel sebagai Yelena Trupanov, 50 tahun, dan Irena Tati, 73 tahun, dibebaskan berdasarkan perjanjian terpisah antara gerakan militan Hamas dan Rusia, kata para pejabat Israel.

Sandera Seorang Bayi Diisukan Tewas

Laporan penyerahan tersebut dibayangi oleh klaim yang belum dikonfirmasi oleh Hamas, kelompok militan terbesar di Gaza, bahwa satu keluarga sandera Israel, termasuk sandera termuda, bayi Kfir Bibas, telah tewas dalam pemboman Israel sebelumnya.

Para pejabat Israel mengatakan mereka sedang memeriksa laporan Hamas tentang keluarga Bibas, sebuah isu yang sangat sensitif di Israel di mana keluarga tersebut merupakan salah satu sandera paling terkenal yang belum dibebaskan.

Kerabat keluarga Bibas mengatakan mereka telah diberitahu tentang laporan Hamas tersebut. “Kami menunggu informasi tersebut dikonfirmasi dan mudah-mudahan dibantah oleh pejabat militer,” kata sebuah pernyataan dari Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang.

Militer Israel mengatakan bahwa menurut informasi yang diberikan oleh Komite Palang Merah Internasional, dua sandera Israel tambahan sedang dipindahkan ke mereka dan sedang dalam perjalanan ke wilayah Israel.

“Pembebasan mereka merupakan tambahan dari daftar sandera yang dijadwalkan akan dibebaskan hari ini,” kata pernyataan militer.

Para sandera tersebut termasuk di antara 240 orang yang ditangkap oleh kelompok bersenjata Hamas saat melakukan serangan di Israel selatan pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang. Pemboman Israel terhadap Gaza sebagai pembalasan telah menewaskan lebih dari 15.000 warga Gaza, menurut otoritas kesehatan di daerah kantong Palestina.

Sementara itu, dua pejabat Palestina mengatakan kepada Reuters bahwa pembicaraan terus berlanjut mengenai kemungkinan perpanjangan gencatan senjata, yang saat ini dijadwalkan berakhir pada Kamis (30/11) pagi, namun belum ada kesepakatan yang dicapai.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, berbicara di Brussels pada hari Rabu, mengatakan dia akan bekerja sama dengan Israel selama perjalanan ke Israel dalam beberapa hari mendatang untuk melihat apakah gencatan senjata sementara dapat diperpanjang.

Seorang pejabat Israel sebelumnya mengatakan bahwa tidak mungkin memperpanjang gencatan senjata tanpa komitmen untuk membebaskan semua perempuan dan anak-anak yang disandera. Pejabat itu mengatakan Israel yakin militan masih bertahan menyediakan cukup banyak perempuan dan anak-anak untuk memperpanjang gencatan senjata selama 2-3 hari.

Sumber keamanan Mesir juga mengatakan para perunding yakin perpanjangan waktu dua hari mungkin saja dilakukan.

Seorang pejabat Palestina mengatakan para perunding sedang mempertimbangkan apakah laki-laki Israel akan dibebaskan dengan persyaratan berbeda dibandingkan dengan pertukaran tiga tahanan Palestina yang sebelumnya berlaku untuk perempuan dan anak-anak.

Daftar Nama Sandera

Keluarga para sandera Israel diberitahu pada hari Rabu mengenai nama-nama mereka yang akan dibebaskan pada hari itu juga, menurut laporan media Israel Kan, kelompok terakhir yang dibebaskan berdasarkan gencatan senjata kecuali perunding berhasil memperpanjangnya.

Penguasa Hamas di Gaza menerbitkan daftar 15 perempuan dan 15 remaja yang akan dibebaskan dari penjara Israel sebagai imbalannya. Untuk pertama kalinya sejak gencatan senjata dimulai, kelompok ini mencakup warga Palestina di Israel, serta penduduk wilayah pendudukan.

Sejauh ini militan Gaza telah membebaskan 60 perempuan dan anak-anak Israel dari 240 sandera, berdasarkan kesepakatan yang menjamin gencatan senjata pertama perang tersebut. Dua puluh satu orang asing, sebagian besar buruh tani asal Thailand, juga dibebaskan berdasarkan perjanjian paralel yang berbeda. Sebagai imbalannya, Israel telah membebaskan 180 tahanan keamanan Palestina, semuanya perempuan dan remaja.

Gencatan senjata awal selama empat hari diperpanjang 48 jam sejak Selasa, dan Israel mengatakan pihaknya bersedia memperpanjangnya selama Hamas membebaskan 10 sandera sehari. Namun dengan semakin sedikitnya jumlah perempuan dan anak-anak yang ditahan, hal ini berarti menyetujui persyaratan yang mengatur pembebasan setidaknya beberapa pria Israel untuk pertama kalinya. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home