Al-Assad: Kemenangan di Palmyra Percepat Penyelesaian Politik Suriah
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM – Presiden Suriah, Bashar Al-Assad mengatakan bahwa keberhasilan militernyan yang didukung Rusia akan mempercepat penyelesaian politik mengakhiri perang saudara di negara itu.
Al-Assad berbicara dalam wawancara dengan kantor berita Rusia, sputniknews.com, yang diterbitkan pada hari Selasa (29/3), dua hari setelah pasukan Suriah dengan dukungan pasukan udara Rusia secara intensif menguasai kota peninggalan kuno Palmyra dari tangan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS).
Keberhasilan itu akan membuka jalan menyerang benteng kelompok NIIS atau ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) di Deir al-Zor dan Raqqa.
Assad mengatakan bahwa delegasi pemerintah "tampil fleksibilitas" pada pembicaraan dengan oposisi "untuk tidak melewatkan kesempatan tunggal" untuk penyelesaian. Ini terkait pembicaraan dalam dua pekan lalu di Jenewa.
Dukungan militer Rusia, dan teman-teman Suriah akan mempercepat penyelesaian politik, dan bukan sebaliknya, katanya. "Kami tidak mengubah posisi kami sebelum atau sesudah dukungan Rusia," kata dia.
Pembicaraan damai suriah tampak lambat, di mana pemerintah dan oposisi terpecah tentang masalah transisi politik, terutama apakah Al-Assad harus meninggalkan kekuasaan.
Utusan PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, mengatakan bahwa dia ingin negosiasi itu untuk mengatasi "induk semua masalah", yaitu transisi politik di Suriah. Tapi sebelum pembicaraan dimulai, pemerintah Suriah mengambil posisi bahwa isu presiden adalah garis merah.
Kota Palmyra
Pasukan Suriah merebut Palmyra pada hari Minggu (27/3) dan ada hari Selasa menuju kota Sukhna, sekitar 60 kilometer timur laut Palmyra, di mana kelompok ISIS mundur dan berlindung, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Pemerintah mengatakan jihadis ISIS juga banyak yang ditangkap ditangkap di wilayah sekitar Al-Qaryatain, sekitar 100 km barat daya dari Palmyra. "Kota itu hampir dikepung," kata Direktur Observatorium, Rami Abdulrahman.
Menurut kelompok pemantau ini, tentara Suriah dan Rusia telah 29 kali menyerang Al -Qaryatain pada Selasa (29/3) pagi.
Jika Suriah menguasai Al-Qaryatain, Sukhna dan kantong lainnya yang dikuasai ISIS, kelompok ini akan kehilangan kekuatan militer secara tajam.
Perang saudara di Suriah lebih dari lima tahun telah menewaskan sedikitnya 270.000 orang dan sekitar 10 juta orang mengungsi.
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...