Al-Gamaa Al Islamiyah Mesir Hanya Akan Gunakan Cara Damai dalam Politik
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Pemimpin kelompok ultra konservatif Al-Gamaa Al-Islamiyah, Aboud El-Zomor, mengatakan bahwa kelompok Islamis itu akan berubah dan tidak lagi menggunakan cara-cara kekerasan dalam perjuangannya setelah Mohammed Morsi dijatuhkan dari jabatan kepresidenan awal bulan lalu.
Seperti dikutip ahram.org.eg, E-Zomor menghabisakan 30 dalam penjara terkait dengan kasus pemunuhan mantan Presiden Anwar Sadat pada 1981. Dia mengatakan, “Saya perintahkan kepada semua Al Gamaa Al-Islamiyah dan Partai Pengembangan dan Pembangunan (sayap politik kelompok itu) bahwa tak seorangpun boleh terlibat dalam aksi demonstrasi damai atau terlibat dalam penyerangan terhadap fasilitas dan organisasi pemerintah atau militer atau polisi atau gereja, dan sebagainya, atau akan dipecat dari Al Gamaa Al-Islamiyah dan partai.”
“Ini adalah keputusan final,” kata dia. “Kita memilih jalur politik yang damai sebagai cara kami, bahkan dalam posisi sebagai oposisi. Ketika kita sekarang menentang (pemerintah) yang baru, pemerintah yang ilegal, kita menentang dengan cara demokrasi.”
Al-Gamaa Al-Islamiyah mendukung Morsi untuk dikembalikan sebagai presiden yang mengakibatkan protes massa terhadap pencopotannya menjadi protes massa di berbagai daerah terhadap pemerintahan sekarang. Tidak seperti banyak diberitakan ketika tersebar berita massa pro-Morsi melakukan aksi pendudukan di Kairo, El-Zomor juga menyesalkan perselisihan sektarian dan mengecam serangan pada Kristen Koptik.
"Saya telah teguh dalam posisi ini bahkan ketika saya di penjara, tanpa ada yang meminta saya," kata dia. "Saya membuat pernyataan yang mengatakan bahwa hal itu bertentangan dengan hukum Islam, yaitu menyerang rumah-rumah ibadah, dan juga tentang perlunya menjaga perdamaian dan harmoni dalam masyarakat."
Kekerasan Membuat Masalah Baru
Meskipun El-Zomor menekankan pentingnya protes damai, pemimpin Al-Gamaa yang lain, Assem Abdel-Maged, telah mengadopsi retorika yang membakar massa sejak penggulingan Morsi, memicu spekulasi bahwa kelompok ini bisa kembali kepada cara kekerasan seperti yang terjadi di bawah pemerintahan Hosni Mubarak di era 1980-an dan 1990-an.
Sepupu el-Zomor itu, Tarek, pemimpin lain kelompok itu, telah menggunakan retorika yang menunjukkan kembalinya kekerasan itu. Keduanya, Abdel-Maged dan Tarek disebut-sebut berkontribusi dalam menghasut kekerasan, seperti banyak tokoh Islamis lainnya.
Mengomentari sikap Tarek, yang juga menjalani hukuman yang lama di penjara atas keterlibatannya dalam pembunuhan mantan Presiden Mesir, Anwar Sadat, El-Zomor mengatakan bahwa dia yakin tuduhan terhadap sepupunya tentang pidatonya pada sebuah unjuk rasa di bulan Juni, ketika ia mengatakan Islamis akan "menghancurkan" demokrasi yang direncanakan penentang Morsi pada 30 Juni.
"Ketika dia berbicara tentang 'menghancurkan', dia tidak mengacu pada aturan yang berlaku, bukan membunuh, melainkan tentang angka, bahwa jumlah kami akan jauh lebih banyak," kata El-Zomor. "Kami memerintahkan dia untuk tidak muncul di media dan tidak keluar dari tempat, agar tidak memberikan orang kesempatan untuk menggunakan kata-katanya sebagai alasan untuk mengatakan bahwa ia mendukung penggunaan kekerasan."
Tentang Abdel-Maged, El-Zomor berkata, "Dia tidak diizinkan untuk keluar. Ini adalah cara untuk menjaga mereka tetap aman."
El-Zomor menekankan bahwa serangan terhadap polisi dapat dibenarkan, karena penggunaan kekuatan yang berlebihan dan peluru. "Menurut pendapat saya, itu adalah reaksi alami dari rakyat terhadap pusat ketidakadilan," kata dia mengacu pada penyebaran aksi pendudukan yang menewaskan lebih dari 800 demonstran.
"Penggunaan senjata api terhadap orang-orang, membunuh orang, tidak akan menyelesaikan masalah. Hal ini justru akan meningkat masalah. Ini akan mengobarkan api. Ini bukan cara untuk mengakhiri masalah. Ini adalah cara memulai masalah baru."
Bukan Point Penting
Berbicara tentang dukungannya bagi Mohammed Morsi dari Ikhwanul Muslimin, El-Zomor mengatakan kelompok itu tidak benar-benar pada "halaman" yang sama dengan Al-Gamaa Al-Islamiyah.
"Ikhwan bersikeras agar Morsi kembali berkuasa. Itu bukan point bagi kami. Kami berkata, 'ini tidak penting untuk mengembalikan kekuasaan Morsi,' melainkan kita dapat menemukan cara lain untuk mencapai solusi," katanya.
Mengomentari pembebasan mantan presiden Hosni Mubarak, sia berkata: "Pesan saya kepadanya adalah," Aku tidak melawan pembebasan Anda, tapi setelah pelajaran yang Anda dapat di penjara, Anda telah merasakan pahit penjara, yang telah kami rasakan, hal terburuk dalam masa Anda. Ketika Anda keluar, jangan mencoba untuk membawa kembali (partai politik Mubarak).”
"Ini adalah waktu sudah berlalu yang tidak akan pernah kembali," kata El-Zomor. (ahram.org.eg)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...