Oposisi Kirim Sampel Korban Bukti Senjata Kimia Keluar Suriah
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Aktivis oposisi Suriah mengatakan mereka berusaha untuk mendapatkan sampel jaringan tubuh dari korban serangan senjata kimia di dekat Damaskus untuk diberikan kepada tim inspektur Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang sekarang tinggal di sebuah hotel beberapa mil dari lokasi serangan.
Seorang anggota senior koalisi oposisi Suriah, hari Jumat (23/8) telah menyelundupkan sampel dari jaringan tubuh korban untuk pengujian oleh para ahli dan membuktikan adanya serangan senjata kimia yang digunakan oleh militer pemerintah. Kelompok ini merupakan penentang Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang diduga menggunakan senjata kimia dalam perang saudara yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun.
"Kami membawa sampel itu dan mengirimkan ke luar Suriah," kata Sekretaris Jenderal Koalisi Nasional, Badr Jamous, kepada kantor berita Reuters di Istanbul. Namun dia menolak untuk mengatakan ke mana sampel itu dikirim.
Presiden Bashar al-Assad berada di bawah tekanan kuat dunia internasional dan didesak untuk mengizinkan para inspektur PBB memperoleh akses ke lokasi yang dikuasai pemberontak yang telah mendapatkan serangan senjata kimia massal pada Rabu (21/8) lalu.
Suriah diduga memiliki cukup banyak cadangan senjata kimia yang mematikan, dan terus dikritik dunia internasional dalam dalam beberapa dekade terakhir. Pihak koalisi oposisi mengatakan bahwa mereka akan menjamin keamanan tim pemeriksa senjata kimia PBB di Suriah di daerah yang mereka kuasai.
"Kami akan menjamin keamanan tim PBB ... Sangat penting bahwa para pengawas itu sampai di sana dalam waktu 48 jam," kata juru bicara koalisi, Khaled Saleh, dalam sebuah konferensi pers.
Komentar Saleh itu merupakan bantahan dari Rusia yang sebelumnya mengatakan bahwa pihak oposisi menghambat penyelidikan objektif atas dugaan bahwa pemerintah Suriah melakukan serangan dengan senjata kimia. Rusia sendiri di kenal sebagai pendukung rezim Al-Assad, selain Iran.
"Sangat diperlukan sinyal dari oposisi, termasuk kesiapannya untuk menjamin keselamatan dan efektivitas kerja ahli PBB tentang wilayah yang dikuasai militan. Sayangnya, hal itu tidak akan datang," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan. "Hal ini secara langsung mencegah penyelidikan objektif mengenai kemungkinan penggunaan senjata kimia di Suriah," kata pernyataan itu menambahkan.
Aktivis oposisi Suriah mengatakan bahwa mereka mencoba untuk mendapatkan sampel jaringan tubuh dari korban serangan di dekat Damaskus kepada tim inspektur PBB tinggal di sebuah hotel yang berjarak beberapa mil dari lokasi serangan.
Para ahli PBB telah tiba di Suriah sejak beberapa hari lalu dengan mandat menyelidiki tiga serangan senjata kimia yang diduga dilakukan dalam konflik bersenjata di negara itu pada bulan yang lalu.
Gas Sarin
Dalam sebuah laporan awal tentang serangan pada hari Rabu itu diidasarkan pada berbagai sumber, termasuk sumber dalam pasukan Assad dan kesaksian dari para aktivis oposisi. Koalisi oposisi mengatakan bahwa 16 rudal ditembakkan dalam serangan hari Rabu dini hari sekitar pukul 02:30 waktu setempat.
Penduduk setempat melaporkan bahwa rudal jatuh di lingkungan Zamalka di pinggiran timur ibu kota Suriah, Damaskus, jauh dari garis depan pertempuran. Ratusan orang meninggal di rumah mereka karena penyebaran gas beracun, kata laporan itu. Namun mereka mencatat bahwa tidak semua rudal yang ditembakkan membawa hulu ledak dengan bahan kimia.
Dikatakan bahwa distrik kedua yang diserang rudal pada sekitar sepuluh menit kemudian, dan tak lama serangan lagi pada pukul 04:00 dengan 18 rudal yang ditembakkan ke arah pinggiran selatan kota itu. Para aktivis mengatakan, empat rudal yang menghantam lingkungan penduduk penuh dengan senjata kimia.
"Laporan medis menunjukkan bahwa korban memperlihatkan gejala yang konsisten dengan paparan gas sarin," kata laporan itu.
"Namun, kita tidak bisa memastikan secara pasti sifat yang tepat dari bahan-bahan yang digunakan dan metode penyebaran yang digunakan untuk menargetkan warga sipil di pinggiran kota Damaskus," kata aktivis, dan mendesak kunjungan langsung oleh inspektur PBB ke lokasi. (aljazeera.com / ahram.org.eg)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...