Al-Gamma Al-Islamiyah Bantah Terlibat Pengrusakan Gereja di Mesir
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Kelompok Islam yang dikenal ultra konservatif di Mesir, Al-Gamma Al-Islamiyah menyatakan tidak terlibat dalam berbagai serangan yang ditujukan kepada puluhan gereja dan harta milik orang Kristen di Mesir, khususnya di Provinsi Assiut.
Pimpinan Al-Gamma Al-Islamiyah cabang Assiut mengeluarkan pernyataan pada hari Kamis (15/8) dan menyebutkan bahwa ada penyusup di antara kelompok pengunjuk rasa anti pemerintah dan mengobarkan konflik sektarian. Kelompok ini bersikeras menyebutkan dirinya terlibat hanya pada aksi protes yang damai dan konstitusional.
Al-Gamaa Al-Islamiyah mengatakan dalam pernyataannya bahwa mereka telah mencoba mencegah pengunjuk rasa, yang diprovokasi melakukan kekerasan.
Tersangka Islamis
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan kepada wartawan di Kairo, hari Rabu bahwa setidaknya tujuh gereja telah dirusak atau dibakar oleh tersangka Islamis.
Kekerasan oleh pendukung presiden terguling Mohammed Morsi telah merusak puluhan gereja-gereja Kristen di Mesir, termasuk rumah dan fasilitas usaha milik warga Kristen dibakar. Kerusuhan ini dikhawatirkan meningkat perselisihan sektarian, menempatkan kelompok Kristen Mesir sebagai target kekerasan.
Loyalis Morsi diberitakan mengatur serangan secara nasional pada sasaran-sasaran Kristen, dan mendatangkan malapetaka bagi orang Kristen, gereja-gereja, rumah-rumah, dan bisnis milik orang Kristen di seluruh negeri.
Kelompok hak asasi Gereja Koptik, Maspero Youth Union (MYU) memperkirakan bahwa sebanyak 36 gereja benar-benar hancur dilalap api di sembilan provinsi di Mesir, termasuk di Minya, Assiut, dan Sohag yang merupakan kawasan di mana banyak warga Kristen Koptik tinggal. Kelompok ini bersama media melaporkan bahwa banyak gereja dijarah sejak kekacauan dimulai Rabu (14/8).
Juru Bicara MYU, Antwan Adel menyesalkan terjadinya tindakan kriminal dan cara berpikir teroris dari kelompok Ikhwanul Muslimin dalam mendukung Mohammed Morsi yang digulingkan. "Mereka berusaha memecah belah umat Kristen dan Muslim," kata Adel sebagaimana dikutip Ahram Online.
Dia menambahkan,”Orang-orang Kristen di Mesir menjadi korban dan membayar harga untuk menggulingkan tirani," kata Adel.
Bentrokan berdarah, krisis politik dan kekacauan di Mesir yang membuat masa depan negeri ini terlihat makin suram, diperparah oleh kekerasan sektarian yang memicu kekhawatiran polarisasi yang lebih dalam dan tajam di Mesir, serta ketidakamanan di antara orang-orang Kristen di negara berpenduduk mayoritas Muslim Sunni itu.
Kristen Koptik di Mesir merupakan 10 persen dari 84 juta populasi negara itu. MYU mengatakan bahwa gereja yang diserang tersebar di kota-kota di 11 provinsi, dengan beberapa di antaranya terbakar habis.
Tindakan Tegas
Sementara itu, kantor berita resmi Mesir, MENA melaporkan bahwa Perdana Menteri Mesir, Hazem El-Beblawi, mengutuk "tindakan kriminal" terhadap gereja Koptik. Dia mengungkapkan hal itu dalam percakapan telepon dengan pemimpin Gereja Koptik, Paus Tawadros II. Paus menolak disebutkan condong pada keputusan pemecatan terhadap Morsi oleh militer.
Disebutkan, El-Beblawi bersumpah untuk menangani secara tegas tindakan kelompok yang disebutnya "terorisme," dan menyatakan bahwa "persatuan antara Muslim dan Kristen adalah garis merah."
Selain itu, dilaporkan bahwa panglima militer, Jenderal Abdel Fattah-El-Sisi berjanji akan menutupi biaya restorasi semua gereja yang rusak.
Mesir telah memasuki situasi kacau dan tak terkendali ketika kelompok pendukung Morsi yang melakukan aksi pendudukan dibubarkan oleh aparat keamanan sejak Rabu. Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan pada hari Kamis bahwa sebanyak 525 orang tewas dan 3.717 orang luka-luka di seluruh Mesir. (ahram.org.eg)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...