Puluhan Gereja di Mesir Dirusak dalam Kerusuhan Sejak Rabu
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Puluhan gereja di Mesir diserang dan dirusak sejak bentrokan berdarah terjadi di negeri itu pada Rabu (14/8). Demikian dilaporkan dalam situs cnn.com, Jumat (16/8).
Sementara itu, Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches / WCC) menyebutkan setidaknya ada 17 gereja yang dirusak. Sedangkan menurut Uskup Angaelos, Kepala Gereja Koptik di Inggris kelahiran Kairo, informasi dari rekan-rekannya di Mesir menyebutkan bahwa 52 gereja diserang dalam rentang 24 jam yang dimulai Rabu, selain rumah dan tempat bisnis milik orang Kristen di sana.
Ishak Ibrahim, seorang peneliti pada Inisiatif Mesir untuk Hak Pribadi, mengatakan bahwa dia telah mengkonfirmasi tentang serangan pada setidaknya 30 gereja. Fasilitas terkait gereja, termasuk sekolah dan pusat-pusat kebudayaan juga menjadi sasaran.
Pada hari Rabu dilaporkan gereja St George di Sohag, sebuah kota di selatan Kairo juga dibakar. Menurut Kantor Berita Timur Tengah, Gereja Pangeran Tadros di Fayoum, di barat daya Kairo, juga diserbu dan dibakar pada Kamis malam.
Media-media memberitakan bahwa serangan itu dilakukan oleh kelompok Ikhwanul Muslimin yang mendukung presiden terguling Mohammed Morsi.
CNN melaporkan bahwa selama 67 tahun, Gereja Perawan Maria di Kafr Hakim menjadi perlindungan damai untuk Shenouda El Sayeh dan orang-orang dari Provinsi Giza. Tetapi sekarang dia harus membersihkan lantai gereja yang dirusak pada hari Kamis.
Malam sebelumnya, massa menyerbu gereka Kristen Koptik dan menyerukan Mesir untuk menjadi "negara Islam." Pastor Boktor Saad dari Gereja Perawan Maria mengatakan bahwa sekelompok kecil ekstrimis bertanggung jawab dalam menghasut kelompok untuk menyerang gereja.
Dia menjelaskan, tidak semua orang terlibat. Beberapa orang bukan Kristen mencegah situasi di desa itu agar tidak bertambah parah, dan membantu memadamkan kebakaran. Mereka bisanya disebut sebagai orang-orang Muslim moderat.
Perlu Investigasi
Kekerasan di Mesir yang terkait demonstrasi kelompok Ikhwanul Muslimin pendukung Morsi dan aparat keamanan yang dimulai Rabu (14/8) telah menimbulkan jatuhnya banyak korban. Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan bahwa setidaknya 580 orang tewas dan lebih dari 4.000 terluka di tengah bentrokan.
Dalia Ziada dari Ibnu Khaldun Center for Development Studies mengatakan kepada CNN, "Ini mengerikan, terjadi hanya dalam satu hari." Sementara Angaelos mengatakan bahwa investigasi tentang serangan terhadap gereja harus menjadi bagian penting penyelesaian di Mesir. Sebab, skala serangan itu bukan semata-mata insiden, melainkan menunjukkan mereka diatur.
"Kami ingin orang-orang yang telah melakukan serangan dibawa ke pengadilan, karena saya pikir mereka mencoba untuk melakukan sesuatu yang jauh lebih berbahaya," katanya.
"Ini bukan hanya tentang gereja yang dibakar, tetapi tentang pembakaran gereja-gereja untuk mengundang respons yang menjadi kekerasan lebih besar. Dan itu adalah permainan yang sangat, sangat berbahaya,” kata Angaelos.
Serangan terhadap Negara
Dalam bagian lain dilaporkan bahwa sebuah pernyataan dari sebuah Bible Society di Mesir yang diposting Rabu melaporkan tentang pembakaran dan kehancuran toko-toko buku di kota-kota Assiut dan Minia, di Mesir selatan. “Kami tutup hari itu, karena takut, sehingga tidak ada staf terluka," kata Ramez Atallah, Direktur Umum Bible Society tersebut.
Dia menyebutkan, "Para penyerang menghancurkan pintu logam yang melindungi toko buku, memecahkan jendela toko di belakang dan mengatur pembakaran toko buku." Toko lain dan mobil yang diparkir di jalan-jalan juga dihancurkan.
Menurut Atallah, orang Kristen telah menjadi sasaran kekerasan. Namun mereka bukan satu-satunya target. Ini adalah serangan terhadap Negara dalam upaya mengacaukan bangsa.
Reporter CNN, Amir Beshay, dari Kairo, menyusun daftar gereja-gereja Kristen yang dihancurkan, yaitu di Alexandria, Arish, Assiut, Beni Suef, Kairo, Fayoum, Gharbiya, Giza, Minya, Qena, Sohag dan Suez. Serangan itu dilakukan terhadap gereja dan sekolah, serta rumah dan bisnis milik Kristen Koptik.
Jaminan Keamanan Pemerintah
Daniel Sinclair, Direktur Komunikasi pada Christian Solidarity Worldwide, mengatakan bahwa pihaknya sangat prihatin karena warga Gereja Koptik terus menjadi target kekerasan. Kami mendesak pemerintah untuk menjamin keamanan yang komprehensif untuk semua orang Mesir, terlepas dari agama mereka."
Warga Kristen Mesir telah menjadi target dari sejumlah serangan dalam beberapa tahun terakhir. Pemboman sebuah gereja besar di Alexandria pada Januari 2011 menewaskan 21 orang dan memicu kecaman dari seluruh dunia.
Situasi ini memburuk sejak revolusi Mesir pada 2011. "Dalam dua setengah tahun terakhir, lebih banyak kematian dialami orang hanya karena mereka adalah orang Kristen dibandingkan 20 tahun terakhir," katan Sinclair.
Komunitas Kristen di Mesir telah ada sejak abad pertama, dan selama berabad-abad menjadi komunitas mayoritas di sana. Sekitar 90 persen warga Kristen Koptik masih tinggal di Mesir sekarangdan merupakan komunitas Kristen terbesar di Timur Tengah.
Menurut Angaelos warga Kristen di Mesir sekitar 15 persen dari populasi Mesir. Namun CIA World Factbook mengatakan 10 persen dari penduduk Mesir adalah Kristen. (cnn.com)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...